1. Bagaimana cara terapis untuk menjalankan tujuan dari terapi perspektif integratif sehinga dapatmembantu mengembangkan integritasnya pada level tertinggi , ditandai adanya aktualisasi diri dan integritas yang memuaskan? Jelaskan dengan contoh kasus!
Jawab : dengan memberikan motivasi kepada klien yang mengalami permasalahan yang tidak dapat diselesaikan dengan sendiri dan membantu klien menemukan inti permasalahan dengan memberikan pilihan jalan keluar agar klien dapat memilih dan mempertimbangkan sesuai dengan dirinya. Dan terapi memberikan apresiasi kepada klien atas perkembangan yang diperoleh klien dalam penyelesaian-penyelesaian masalah yang dapat diatasi klien.
2. Bagaimana cara terapis mengetahui metode yang tepat untuk memilih teknik yang akan dilakukan dalam melakukan terapi bermain? Jelaskan dengan contoh kasus!
Jawab :
1. Langkah awal
a. Membangun kepercayaan melalui aktive listening and reading situation (mendengar-kan secara aktif dan membaca keadaan anak) dan unconditional acceptance (penerimaan tanpa syarat), mencoba memberikan bantuan pada anak dan berkomunikasi penuh kesabaran dengan anak. Untuk itu, menurut Kottman (2005) orang yang memberikan terapi harus berusaha masuk secara total dalam dunia anak, sehingga anak betul-betul merasa aman dan menganggapnya sebagai sahabat. Langkah ini bisa dilakukan oleh konselor dengan menyediakan berbagai permainan yang digemari anak.
b. Mengidentifikasi karakteristik anak berkebutuhan khusus yang akan diberi terapi
c. Menentukan permainan yang sesuai dengan karakteristik anak dan menyiapkan alat-alat permainan yang akan diberikan.
d. Menentukan target behavior atau tujuan yang ingin dicapai dalam terapi. Sebaiknya membelajarkan pembelajaran mitigasi bencana secara perlahan, terstruktur dan berkesainambungan. Bagilah target behavior dalam beberapa sesi.
e. Membuat jadwal dan menentukan tempat terapi bersama-sama dengan anak. Tentunya yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik anak.
2. Langkah pertengahan
a. Memulai terapi
b. Memberikan informasi kepada ABK mengenai tujuan dari terapi bermain yang akan diberikan
c. Mengeksplorasi dan mengobservasi cara anak bermain, sehingga dengan cara ini konselor juga dapat membantu anak untuk mengembangkan kreativitasnya secara luas, seperti kemampuan bahasa, seni, gerak, drama dan dapat mengembangkan kemampuan emosi anak dalam menjalin hubungan dengan alam sekitarnya.
3. Langkah akhir
Langkah akhir adalah suatu langkah dimana seorang terapis mengakhiri proses terapi yang dia berikan;
a. Beri kesempatan anak untuk menyimpulkan apa yang dia dapatkan dari permainan yang dilakukan.
b. Terapi bisa diakhiri jika pada diri anak telah menunjukkan kemajuan dalam berbagai bentuk perilaku positif, khususnya tujuan dari diberikannya terapi bermain ini dan berikan penegasan terhadap apa yang anak kemukan dengan benar tentang tujuan terapi permainan ini
3. Bagaimana cara afektif yang harus dilakukan terapis dalam metode teknik keluarga? jelaskan dengan contoh kasus!
Jawab : pada kasus anak yang memiliki permasalahan mogok sekolah dan pemakai narkoba, pada kasus ini terapis mengadakan pertemuan antara klien tanpa memberitahu identitas yang sebenarnya yang disusul dengan keluarga klien karena dalam terapi keluarga orang luar kemungkinan akan sulit diterima. Pada kasus ini terapis menjadikan dirinya sebagai guru dan tenaga ahli di komunikasi. Dan terjadilah diskusi antar satu keluarga yang dimana klien sulit untuk mengeluarkan pendapatnya kedalam satu keluarga sehingga tidak terjadinya interaksi yang baik diantara orang tua dan anak dan menunjukkan permasalahan dalam hal komunikasi yang menyebabkan klien untuk mencari pelarian pada lingkungan yang kurang baik. Kemudian Terapis memutuskan untuk mengarahkan situasi terapi pada diskusi dalam satu keluarga agar dapat saling terbuka antara orang tua dan anak.
Sumber :
http://terapibermainbagianakautisme.blogspot.co.id
Zellawati, Alice. (2013). Terapi bermain untuk mengatasi permasalahan pada anak. Jurnal psikologi Vol. 2 No. 3
Sabtu, 18 Juni 2016
Sabtu, 11 Juni 2016
psikoterapi analisis transaksional
1. Jelaskan metode analisis transaksional dalam penerapan terapinya!
Metode analisis transaksional muncul sekitar pertengahan tahun 1950-an, dari pengakuan seorang pasien, pasien itu merupakan seorang pengacara, dia berkomentar dalam sesi terapinya bahwa ia hanyalah seorang anak laki-laki kecil daripada daripada seorang pengacara yang matang. Pengertian ini mengarah pada analisis struktural dan tahap ego (tahap mental anak dan dewasa).
Analisis transaksional adalah psikoterapi transaksional yang dapat digunakan dalam terapi individual, tetapi lebih cocok untuk digunakan dalam terapi kelompok. Analisis transaksional (AT) berbeda dengan sebagian besar terapi lain karena merupakan suatu terapi kontraktual dan desisional. AT melibatkan suatu kontrak yang dibuat oleh klien, yang dengan jelas menyatakan tujuan-tujuan dan arah proses terapi. AT juga berfokus pada putusan-putusan baru. AT menekankan aspek-aspek kognitif rasional-behavior dan berorientasi kepada peningkatan kesadaran sehingga klien akan mampu membuat putusan-putusan baru dan mengubah cara hidupnya.
Pendekatan ini dikembangkan oleh Eric Berne, berlandaskan suatu teori kepribadian yang berkenaan dengan analisis struktural dan transaksional. Teori ini menyajikan suatu kerangka bagi analisis terhadap tiga kedudukan ego yang terpisah, yaitu : orang tua, orang dewasa, dan anak. Tinjauan teoritik tentang analisis transaksional adalah untuk memperkaya kemampuan-kemapuan menghadapi, dan mengatur situasi yang paling dalam dan interaksi kehidupan nyata.
Tinjauan teoritik tentang analisis transaksional dikaitkan dengan suatu pendekatan yang mengaitkan internal (intrapsikis) dengan interpersonal dan relasional. Pada intinya, makna analisis transaksional adalah untuk memperkaya kemampuan-kemampuan menghadapi (coping) dan mengatur (regulatory) situasi yang paling dalam dan interaksi kehidupan nyata.
2. Jelaskan perbandingan terapi kelompok dan terapi individu!
Pengertian Terapi Kelompok
Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih (Pedoman Rehabilitasi Pasien Mental Rumah Sakit Jiwa di Indonesia dalam Sitohang, 2011).
Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok untuk memberikan stimulasi bagi pasien dengan gangguan interpersonal (Yosep dalam Sitohang, 2011).
Terapi Kelompok adalah bentuk terapi yang melibatkan satu kelompok dari pertemuan yang telah direncanakan oleh seorang terapis yang ahli untuk memfokuskan pada satu atau lebih dalam hal:
-Kesadaran dan pengertian diri sendiri.
-Memperbaiki hubungan interpersonal.
-Perubahan tingkah laku.
Psikoterapi kelompok meliputi spektruin terapi teoritik dalam psikiatri suportif, terstruktur, terbatas waktu (sebagai contohnya, kelornpok dengan orang psikotik yang kronis), kognitif perilaku, interpersonal, keluarga, dan kelompok berorientasi analitik. Dua kekuatan utama terapi kelompok, jika dibandingkan dengan terapi individual, adalah (1) kesempatan untuk mendapatkan umpan balik segera dan teman sebaya pasien dan (2) kesempatan bagi pasien dan ahli terapi untuk mengobservasi respon psikologis, emosional, dan perilaku pasien terhadap berbagai orang, mendapatkan berbagai transferensi.
3. Jelaskan metode terapi rasional emotif dalam penerapannya!
Pandangan yang penting dari teori rational emotif adalah konsep bahwa banyak perilaku emosional individu yang berpangkal pada “selftalk” atau internalisasi kalimat-kalimat, yaitu orang yang mengatakan kepada dirinya sendiri tentang pikiran dan emosi yang bersifat negatif. Neurosis adalah pikiran dan tingkah laku irasional. Gangguan-gangguan emosional berakar pada masa kanak-kanak, tetapi dikekalkan melalui reindoktrinasi sekarang. Sistem keyakinan adalah penyebab masalah-masalah emosional. Oleh karenanya, klien ditantang untuk menguji kesasihan keyakinan-keyakinan tertentu. Metode ilmiah diterapkan pada kehidupan sehari-hari.
Pendekatan ini menggunakan prosedur yang beragam seperti mengajar, membaca, “pekerjaan rumah”, dan penerapan metode ilmiah logis bagi pemecahan masalah. Teknik-teknik dirancang untuk melibatkan klien ke dalam evaluasi kritis atas filsafat hidupnya. Diagnosis yang spesifik dibuat. Terapis menafsirkan, bertanya, menggali, menantang, dan mengkonfrontasikan klien.
4. Jelaskan metode terapi perilaku dalam penerapannya!
Terapi perilaku adalah penggunaan prinsip dan paradigma belajar yang ditatpkan secara eksperimental untuk mengatasi perilaku tidak adaptif. Dalam prakteknya, terapi perilaku adalah penekanan pada analisis perilaku untuk menguji secara sistematik hipotesis mana terapi didasarkan.
pada Classical Conditioning, Operant Conditioning, Modeling.terapi prilaku bisa diterapkan secara luas pada terapi individual dan kelompok, lembaga-lembaga, sekolah-sekolah dan situasi-situasi belajar lainnya. Terapi tingkah laku adalah pendekatan pragmatis yang berlandaskan kesasihan ekseprimental atas hasil-hasil, kemajuan bisa ditaksir dan teknik-teknik baru bisa dikembangkan.
Metode Behavior Therapy, Menurut Krumboltz (dalam Surya, 2003) mengemukakan bahwa terdapat empat metode dalam terapi behavior, yaitu:
a. Operant Learning
Dalam metode ini yang penting adalah penguatan yang dapat menghasilkan perilaku yang diharapkan, serta pemanfaatan situasi diluar klien yang dapat memperkuat perilaku klien yang dikehendaki.
b. Unitative Learning atau Social Modeling
Dalam metode ini yang penting adalah perlunya konselor merancang perilaku adaptif yang dapat dijadikan model bagi klien, baik dalam bentuk rekaman, pengajaran berprogram, video. Film, biografi atau model.
c. Cognitive Learning
Metode ini lebih banyak menekankan pentingnya aspek perubahan kognitif klien. Dalam pelaksanaannya dapat dilakukan melalui pengajaran secara verbal, kontrak antara konselor dengan klien dan bermain peran
d. Emotional Learning
Metode ini diterapkan untuk individu yang mengalami kecemasan, melalui penciptaan situasi rileks dengan menghadirkan rangsangan yang menimbulkan kecemasan bersama dengan situasi rangsangan yang menimbulkan kesenangan, sehingga secara berangsur kecemasan tersebut berkurang dan akhirnya dapat dihilangkan.
Metode analisis transaksional muncul sekitar pertengahan tahun 1950-an, dari pengakuan seorang pasien, pasien itu merupakan seorang pengacara, dia berkomentar dalam sesi terapinya bahwa ia hanyalah seorang anak laki-laki kecil daripada daripada seorang pengacara yang matang. Pengertian ini mengarah pada analisis struktural dan tahap ego (tahap mental anak dan dewasa).
Analisis transaksional adalah psikoterapi transaksional yang dapat digunakan dalam terapi individual, tetapi lebih cocok untuk digunakan dalam terapi kelompok. Analisis transaksional (AT) berbeda dengan sebagian besar terapi lain karena merupakan suatu terapi kontraktual dan desisional. AT melibatkan suatu kontrak yang dibuat oleh klien, yang dengan jelas menyatakan tujuan-tujuan dan arah proses terapi. AT juga berfokus pada putusan-putusan baru. AT menekankan aspek-aspek kognitif rasional-behavior dan berorientasi kepada peningkatan kesadaran sehingga klien akan mampu membuat putusan-putusan baru dan mengubah cara hidupnya.
Pendekatan ini dikembangkan oleh Eric Berne, berlandaskan suatu teori kepribadian yang berkenaan dengan analisis struktural dan transaksional. Teori ini menyajikan suatu kerangka bagi analisis terhadap tiga kedudukan ego yang terpisah, yaitu : orang tua, orang dewasa, dan anak. Tinjauan teoritik tentang analisis transaksional adalah untuk memperkaya kemampuan-kemapuan menghadapi, dan mengatur situasi yang paling dalam dan interaksi kehidupan nyata.
Tinjauan teoritik tentang analisis transaksional dikaitkan dengan suatu pendekatan yang mengaitkan internal (intrapsikis) dengan interpersonal dan relasional. Pada intinya, makna analisis transaksional adalah untuk memperkaya kemampuan-kemampuan menghadapi (coping) dan mengatur (regulatory) situasi yang paling dalam dan interaksi kehidupan nyata.
2. Jelaskan perbandingan terapi kelompok dan terapi individu!
Pengertian Terapi Kelompok
Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih (Pedoman Rehabilitasi Pasien Mental Rumah Sakit Jiwa di Indonesia dalam Sitohang, 2011).
Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok untuk memberikan stimulasi bagi pasien dengan gangguan interpersonal (Yosep dalam Sitohang, 2011).
Terapi Kelompok adalah bentuk terapi yang melibatkan satu kelompok dari pertemuan yang telah direncanakan oleh seorang terapis yang ahli untuk memfokuskan pada satu atau lebih dalam hal:
-Kesadaran dan pengertian diri sendiri.
-Memperbaiki hubungan interpersonal.
-Perubahan tingkah laku.
Psikoterapi kelompok meliputi spektruin terapi teoritik dalam psikiatri suportif, terstruktur, terbatas waktu (sebagai contohnya, kelornpok dengan orang psikotik yang kronis), kognitif perilaku, interpersonal, keluarga, dan kelompok berorientasi analitik. Dua kekuatan utama terapi kelompok, jika dibandingkan dengan terapi individual, adalah (1) kesempatan untuk mendapatkan umpan balik segera dan teman sebaya pasien dan (2) kesempatan bagi pasien dan ahli terapi untuk mengobservasi respon psikologis, emosional, dan perilaku pasien terhadap berbagai orang, mendapatkan berbagai transferensi.
3. Jelaskan metode terapi rasional emotif dalam penerapannya!
Pandangan yang penting dari teori rational emotif adalah konsep bahwa banyak perilaku emosional individu yang berpangkal pada “selftalk” atau internalisasi kalimat-kalimat, yaitu orang yang mengatakan kepada dirinya sendiri tentang pikiran dan emosi yang bersifat negatif. Neurosis adalah pikiran dan tingkah laku irasional. Gangguan-gangguan emosional berakar pada masa kanak-kanak, tetapi dikekalkan melalui reindoktrinasi sekarang. Sistem keyakinan adalah penyebab masalah-masalah emosional. Oleh karenanya, klien ditantang untuk menguji kesasihan keyakinan-keyakinan tertentu. Metode ilmiah diterapkan pada kehidupan sehari-hari.
Pendekatan ini menggunakan prosedur yang beragam seperti mengajar, membaca, “pekerjaan rumah”, dan penerapan metode ilmiah logis bagi pemecahan masalah. Teknik-teknik dirancang untuk melibatkan klien ke dalam evaluasi kritis atas filsafat hidupnya. Diagnosis yang spesifik dibuat. Terapis menafsirkan, bertanya, menggali, menantang, dan mengkonfrontasikan klien.
4. Jelaskan metode terapi perilaku dalam penerapannya!
Terapi perilaku adalah penggunaan prinsip dan paradigma belajar yang ditatpkan secara eksperimental untuk mengatasi perilaku tidak adaptif. Dalam prakteknya, terapi perilaku adalah penekanan pada analisis perilaku untuk menguji secara sistematik hipotesis mana terapi didasarkan.
pada Classical Conditioning, Operant Conditioning, Modeling.terapi prilaku bisa diterapkan secara luas pada terapi individual dan kelompok, lembaga-lembaga, sekolah-sekolah dan situasi-situasi belajar lainnya. Terapi tingkah laku adalah pendekatan pragmatis yang berlandaskan kesasihan ekseprimental atas hasil-hasil, kemajuan bisa ditaksir dan teknik-teknik baru bisa dikembangkan.
Metode Behavior Therapy, Menurut Krumboltz (dalam Surya, 2003) mengemukakan bahwa terdapat empat metode dalam terapi behavior, yaitu:
a. Operant Learning
Dalam metode ini yang penting adalah penguatan yang dapat menghasilkan perilaku yang diharapkan, serta pemanfaatan situasi diluar klien yang dapat memperkuat perilaku klien yang dikehendaki.
b. Unitative Learning atau Social Modeling
Dalam metode ini yang penting adalah perlunya konselor merancang perilaku adaptif yang dapat dijadikan model bagi klien, baik dalam bentuk rekaman, pengajaran berprogram, video. Film, biografi atau model.
c. Cognitive Learning
Metode ini lebih banyak menekankan pentingnya aspek perubahan kognitif klien. Dalam pelaksanaannya dapat dilakukan melalui pengajaran secara verbal, kontrak antara konselor dengan klien dan bermain peran
d. Emotional Learning
Metode ini diterapkan untuk individu yang mengalami kecemasan, melalui penciptaan situasi rileks dengan menghadirkan rangsangan yang menimbulkan kecemasan bersama dengan situasi rangsangan yang menimbulkan kesenangan, sehingga secara berangsur kecemasan tersebut berkurang dan akhirnya dapat dihilangkan.
Sabtu, 14 Mei 2016
psikoterapi
Terapi humanistik eksistensial dan psikoanalisa
1. Terapi humanistik eksistensial
Teori eksistensial-humanistik menekankan renungan filosofi tentang apa artinya menjadi manusia. Banyak para ahli psikologi yang berorientasi eksistensial,mengajukan argumen menentang pembatasan studi tingkah laku pada metode-metode yang digunakan oleh ilmu alam.
Terapi eksistensial berpijak pada premis bahwa manusia tidak bisa lari dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab berkaitan. Dalam penerapan-penerapan terapeutiknya eksistensial-humanistik memusatkan perhatian pada filosofis yang melandasi terapi. Pendekatan atau teori eksistensial-humanistik menyajikan suatu landasan filosofis bagi orang berhubungan dengan sesama yang menjadi ciri khas, kebutuhan yang unik dan menjadi tujuan konselingnya, dan yang melalui implikasi-implikasi bagi usaha membantu dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan dasar yang menyangkut keberadaan manusia.
Pendekatan eksistensial-humanistik mengembalikan pribadi kepada fokus sentral, sentral memberikan gambaran tentang manusia pada tarafnya yang tertinggi. Ia menunjukkan bahwa manusia selalu ada dalam proses pemenjadian dan bahwa manusia secara sinambung mengaktualkan dan memenuhi potensinya. Pendekatan eksistensial secara tajam berfokus pada fakta-fakta utama keberadaan manusia – kesadaran diri dan kebebasan yang konsisten.
Pendekatan Eksistensial-humanistik berfokus pada diri manusia. Pendekatan ini mengutamakan suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia. Pendekatan Eksistensial-Humanistik dalam konseling menggunakan sistem tehnik-tehnik yang bertujuan untuk mempengaruhi konseli. Pendekatan terapi eksistensial-humanistik bukan merupakan terapi tunggal, melainkan suatu pendekatan yang mencakup terapi-terapi yang berlainan yang kesemuanya berlandaskan konsep-konsep dan asumsi-asumsi tentang manusia.
Konsep Utama Terapi Humanistik-Eksistensial
Kesadaran Diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri seorang, maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu. Kesadaran untuk memilih alternatif-alternatif yakni memutuskan secara bebas didalam kerangka pembatasnya adalah suatu aspek yang esensial pada manusia. Kebebasan memilih dan bertindak itu disertai tanggung jawab. Para ekstensialis menekan manusia bertanggung jawab atas keberadaan dan nasibnya.
Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan
Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia. Kecemasan ekstensial bisa diakibatkan atas keterbatasannya dan atas kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati (nonbeing). Kesadaran atas kematian memiliki arti penting bagi kehidupan individu sekarang, sebab kesasaran tersebut menghadapkan individu pada kenyataan bahwa dia memiliki waktu yang terbatas untuk mengaktualkan potensi-potensinya. Dosa ekstensial yang juga merupakan bagian kondisi manusia. Adalah akibat dari kegagalan individu untuk benar-benar menjadi sesuatu sesuai dengan kemampuannya.
Penciptaan Makna
Manusia itu unik dalam arti bahwa ia berusaha untuk menentukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan. Menjadi manusia juga berarti menghadapi kesendirian (manusia lahir sendirian dan mati sendirian pula). Walaupun pada hakikatnya sendirian, manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah mahluk rasional. Kegagalan dalam menciptakan hubungan yang bermakna bisa menimbulkan kondisi-kondisi isolasi dipersonalisasi, alineasi, keterasingan, dan kesepian. Manusia juga berusaha untuk mengaktualkan diri yakni mengungkapkan potensi-potensi manusiawinya. Sampai tarap tertentu, jika tidak mampu mengaktualkan diri, ia bisa menajdi “sakit”.
2. Terapi psikoanalisa
Seperti yang kita ketahui bahwa psikoterapi merupakan metode-metode atau cara untuk membantu seseorang (klien) menyembuhkan atau setidaknya mengurangi gangguan-gangguan psikologis yang terjadi pada dirinya. Metode-metode yang digunakan dalam psikoterapi ini semua berdasarkan ilmu-ilmu yang ada dalam kajian psikologi, makadari itu cukup banyak metode yang digunakan dalam psikoterapi yang diterapkan oleh terapis pada klien. Metode – metode yang diterapkan tersebut jelas disesuaikan dengan jenis masalah dan kebutuhan klien.
Kali ini kita akan coba membahas salah satu metode yang digunakan dalam psikoterapi, yaitu metode psikoanalisa/psikoanalisis. Psikoanalisa sendiri dipelopori oleh tokoh psikologi yang terkenal yaitu Sigmund Freud. Seperti konsep psikoanalisa Sigmund Freud, terapi dengan metode ini juga mempunyai konsep yang didasari oleh struktur kepribadian dasar manusia yaitu id, ego, dan super ego. Metode ini sendiri merupakan upaya perawatan terhadap perilaku abnormal atau gangguan dengan cara mengidentifikasikan penyebab-penyebab ‘tak sadar’ dari perilaku atau gangguan yang terjadi (diderita klien). Hal ini sangat berkaitan dengan konsep struktur pikiran yang diungkapkan oleh Freud. Freud mengungkapkan bahwa penyebab ‘tak sadar’ itu merupakan konflik yang disebabkan adanya kekuatan-kekuatan yang saling berlawanan dalam diri tiap individu dan memberi pengaruh besar terhadap perkembangan kepribadian individu sehingga menimbulkan stres dalam kehidupan.
3. Perbedaan dengan person-centered theraphy (Rogers)
Manifestasi teori kepribadian dalam keyakinan terhadap pendekatan PCT terdapat tiga kondisi yang membentuk iklim yang meningkatkan pertumbuhan tersebut, yaitu: (1) genuineness, realness or cogruence, (2) acceptance or caring or prizing – unconditional positive regard, dan (3) empathic understanding.
Teknik ini dipakai secara lebih terbatas pada terapi mahasiswa dan orang-orang dewasa muda lain yang mengalami masalah-maalah penyesuaian diri yang sederhana. Carl Rogers berpendapat bahwa orang-orang memiliki kecenderungan dasar yang mendorong mereka ke arah pertumbuhan dan pemenuhan diri. Dalam pandangan Rogers gangguan-gangguan psikologis pada umumnya terjadi karena orang-orang lain menghambat individu dalam perjalanan menuju aktualisasi diri.
4. Teknik logoterapi
Logoterapi tidak hanya mengemukakan asas-asas dan filsafat manusia yang bercorak humanistik eksistensial, tetapi juga mengembangkan metode dan teknik-teknik terapi untuk mengatasi gangguan-gangguan neurosis somatogenik, neurosis psikogenik, dan neurosis noogenik. Metode-metode ini merupakan jabaran dari pandangan logoterapi yang mengakui kepribadian manusia sebagai totalitasraga-jiwa-rohani dan logoterapi memfungsikan potensi berbagai kualitas insani untuk mengembangkan metode dan teknik-teknik terapi.
Frankl mengembangkan logoterapi bukan sekedar sekumpulan teori, tetapi juga terdapat teknik-teknik terapi yang spesifik, yang menjadikan logoterapi suatu pendekatan psikoterapi yang memiliki fungsi pemecahan praktis. Teknik-teknik terapi yang dimaksud adalah intensif pradoksikal, derefleksi, bimbingan rohani, dan eksistensial analisis.
Menurut Frankl, penting untuk untuk dicermati apakah kasus-kasus pasien berkaitan dengan wilayah empirik atau wilayah transenden. Sebab kalau kasus-kasus kongkret seperti ketakutan pada ruangterbuka dan fobia-fobia itu tidak bisa diselesaikan dengan pemahaman filosofis. Namun sebelum memahami teknik- teknik paradoxical intention dan dereflection, perlu dibahas lebih dulu suatu fenomena klinis yang disebut anticipatory anxiety, yakni rasa cemas akan munculnya suatu gejala patologis tertentu yang justru benar-benar memunculkan apa yang dicemaskannya itu dan tercetusnya gejala tersebutakan meningkatkan intensitas kecemasan. Dengan demikian penderita sebenarnya mengalami perasaan “takut menjadi takut” sehingga seakan-akan terjerat dalam lingkaran kecemasan yang tak berakhir. Terhadap anticipatory anxiety biasanya para penderita mengembangkan tiga pola reaksi khusus yang dalam logoterapi dikenal sebagai: fligh from fear, fight against obsession, dan fight for pleasure. Dalam pola flight from fear penderita menghindari semua objek yang ditakuti dan dicemaskannya. Reaksi ini terdapat pada semua reaksi cemas, dan secara khas terdapat pada fobia. Sementara itu, pada fight again obsession penderita mencurahkan segala daya upaya utnuk mengendalikan dan menahan agar tidak sampai tercetus suatu dorongan aneh yang kuat dalam dirinya. Namun kenyataanya, makin keras upaya menahannya, makin kuat pula dorongan untuk
muncul dan makin tegang pula perasaan penderita. Pola reaksi ini jelas merupakan pola reaksi khas gangguan obsesi dan kompulsi.
Pada fight for plesure terdapat hasrat yang berlebihan untuk memperoleh kepuasan. Hasrat ini sering disertai kecenderungan kuat untuk menanti-nantikan dengan penuh harap saat kepuasan itu terjadi pada dirinya (hyper reflection) dan terlalu menghasrati kenikmatan seccara berlebihan yang keduanya saling menunjang dalam memperkuat anticipatory anxiety. Pola reaksi ini sering terdapat pada gangguan seksual (misalnya frigiditas dan impotensi) dan non seksual (misalnya insomnia). Seperti pola reaksi pertama, kedua pola reaksi ini pun mengembangkan mekanisme lingkaran tak berakhir yang makin memperkuat kecemasan. Untuk mengatasi lingkaran proses yang tak berakhir ini logoterapi “mengguntingnya” dengan teknik-teknik paradoxical intention dan dereflection.
Teknik-teknik dalam Terapi:
a. Paradoxical Intention (pembalikan keinginan) Teknik paradoxical intention pada dasarnya memanfaatkan kemampuan mengambil jarak (self detachment) dan kemampuan mengambil sikap terhadap kondisi diri sendiri (biologis dan psikologis) dan lingkungan.
Disamping itu juga rasa humor, khususnya humor terhadap diri sendiri. Dalam penerapannya teknik ini membantu pasien untuk menyadari pola keluhannya, mengambil jarak atas keluhannya itu serta menanggapinya secara humoristis. Dalam kasus-kasus fobia, teknik ini berusaha mengubah sikap penderita yang semula takut menjadi “akrab” dengan objek yang justru ditakutinya, sedangkan pada obsesi dan kompulsi yang biasanya penderita mengendalikan ketat dorongan-dorongannya agar tak tercetus justru diminta untuk secara sengaja mengharapkan (bahkan memacu) agar dorongan itu benar-benar muncul. Usaha ini mustahil dilakukan tanpa sikap humoristis pasien atas dirinya. Pemanfaatan rasa humor ini diharapkan dapat membantu pasien untuk tidak lagi memandang gangguan-gangguannya sebagai sesuatu yang berat mencekam, tetapi berubah menjadi lucu.
Titik tolak dari paradoxical intention ada dua: pertama adalah kesanggupan manusia untuk bebas bersikap atau mengambil jarak terhadap diri sendiri, termasuk didalamnya sikap terhadap tingkah laku dan masalah-masalah yang dihadapinya.
Kedua adalah, bahwa kesengajaan yang memaksa untuk menghindari sesuatu semakin mendekatkan individu kepada sesuatu yang ingin dihindarinya, dan kesengajaan yang memaksa untuk mencapai sesuatu semakin menjauhkan individu dari sesuatu yang ingin dicapainya.
Agar teknik intensi paradoksikal bisa dipahami lebih baik maka perlu dipapaparkan penerapan teknik intensi paradoksikal pada kasus-kasus kongkrit hidrofobia dibawah ini. Seorang pasien hidrofobia mendatangi Frankl dikliniknya. Si pasien menceritakan kalau gangguan ini sudah lama. Pada suatu hari si pasien bertemu dengan atasanya di jalan. Dan ketika dia mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan atasannya itu, mendadak tangannya gemetar dan mengeluarkan keringat. Pada kesempatan lain sipasien kembali bertemu dengan atasannya itu di jalan. Karena telah ada antisipasi, tangan sipasien gemetar dan berkeringat ketika dia bersalaman dengan atasan. Jadi sipasien terjebak didalam suatu lingkaran proses yang tak berakhir: hiperhidrosis mencetuskan hidrofobia, dan kemudian hidrofobia menghasilkan hiperhidrosis. Untuk memutuskan lingkaran yang tak berakhir, yang telah menjebak pasiennya, Frankl mengajukan saran kepada sipasien agar pada kesempatan lain, jika bertemu lagi dengan atasannya, berusaha secara sengaja menunjukkan kepada atasannya itu bahwa dia bias menggetarkan tangan dan mengeluarkan keringat banyak. Saran ini diikuti oleh si pasien. Ketika sipasien bertemu kembali dengan atasannya, dia berkata kepada diri sendiri, “aku sebelumnya hanya berkeringat sedikit. Sekarang aku akan mengeluarkan keringat sebanyak-banyaknya jika bersalaman dengan dia.” Apa hasil intensi paradoksikal ini? Si pasien ternyata tidak mengeluarkan keringat sedikit pun ketika dia bersalaman dengan atasannya.
b. De-reflection (meniadakan perenungan)Sama seperti intensi paradoksikal, untuk menjelaskan prinsip derefleksi Frankl juga menggunakan kecemasan antisipatori sebagai titik tolak. Menurut Frankl pada kasus dimana kecemasan antisipatori menunjukkan pengaruhnya yang kuat, kita bisa mengamati satu fenomena yang cukup menonjol, yakni paksaan kepada observasi diri atau pemaksaan untuk mengatasi diri sendiri. Istilah lain untuk fenomena tersebut adalah perenungan yang berlebihan (hyper-reflection). Di dalam etiologi suatu neurosis, menurut Frankl, kita sering menemukan pelebihan perhatian maupun keinginan. Ini khususnya terjadi pada kasus insomnia dimana keinginan yang memaksa untuk tidur disertai oleh perhatian yang berlebihan dan dipaksakan untuk mengamati apakah keinginan itu efektif atau tidak. Para penderita insomnia sering melaporkan bahwa mereka menjadi begitu sadar atas kesulitan tidur terutama jika mereka pergi ketempat tidur. Perhatian yang berlebihan serta keinginan yang memaksa untuk tidur justru menghambat proses tidur dan, sebaliknya, merangsang keterjagaan. Derefleksi memanfaatkan kemampuan transendensi diri (self-transcendence) yang ada pada setiap manusia dewasa. Artinya kemampuan untuk membebaskan diri dan tak memperhatikan lagi kondisi yang tak nyaman untuk kemudian lebih mencurahkan perhatian kepada hal-hal lain yang positif dan bermanfaat. Jadi pasien tidak sebatas hanya dianjurkan untuk mengabaikan gejala-gejalanya, tetapi dicurahkan untuk memperhatikan tugas tertentu didalam hidupnya, atau dengan perkataan lain, dikonfrontasikan kepada makna keberadaanya. Frankl kembali menekankan bahwa konfrontasi dengan makna bukan sesuatu yang neurotik, melainkan justru sesuatu yang sehat, suatu komitmen diri yang merupakan syarat bagi kesehatan. Hal ini juga didukung pernyataan Allport: “Apabila fokus dorongan beralih dari konflik kepada tujuan-tujuan yang tidak terpusat pada diri sendiri, maka hidup seseorang secara keseluruhan menjadi lebih sehat, meskipun boleh jadi neurosisnya tidak akan pernah sepenuhnya hilang”. Jadi derefleksi membantu membantu pasien untuk menemukan makna. Seperti pernyataan Gofryd Kaczanowski yang intinya menyebutkan bahwa derefleksi adalah suatu teknik terapi yang kurang spesifik, lebih sulit namun lebih logoterapeutik dibanding dengan intensi paradoksikal.Ada suatu teknik dari Herbert dan William (2003) yang kurang lebih sama dengan derefleksi, namun mempunyai tujuan yang berbeda yaitu memasrahkan diri. Menurutnya sikap ini perlu pada saat kita sudah berada pada batas kemampuan dan jalan buntu. Karena sikap pasrah total dapat memutuskan ikatan masa lalu, membawa anda pindah dari pola pikiran yang merusak, dan menuju kinerja yang lebih baik.
c. Bimbingan RohaniBimbingan rohani kirannya bisa dilihat sebagai ciri paling menonjol dari logoterapi sebagai psikoterapi berwawasan spiritual. Sebab bimbingan rohani merupakan metode yang secara eksklusif diarahkan pada unsur rohani atau roh, dengan sasaran pemenuhan makna oleh individu atau pasien melalui realisasi nilai-nilai terakhir yang bisa ditemuinya, nilai-nilai bersikap. Jelasnya bimbingan rohani merupakan metode yang khusus digunakan pada penanganan kasus dimana individu dalam penderitaan karena penyakit yang tidak bisa disembuhkan atau nasib buruk yang tidak bisa diubahnya, tidak lagi mampu berbuat selain menghadapi dengan cara mengembangkan sikap yang tepat dan positif terhadap penderitaan itu. Pendekatan ini memanfaatkan kemampuan untuk mengambil sikap (to take a stand) terhadap kondisi diri dan lingkungan yang tak mungkin diubah logoterapi lagi. Bimbingan rohani merupakan perealisasian dari nilai-nilai bersikap sebagai salah satu sumber makna hidup. Tujuan utama metode bimbingan rohani membantu seseorang menemukan makna dari penderitaanya: Meaning in suffering. Dalam bimbingan rohani logoterapi juga mengajarkan tentang kefanaan hidup. Segala sesuatu yang ada dalam kehidupan ini hanyalah sementara. Begitu juga dengan penderitaan yang harus dijalaninya, semuanya juga akan berakhir. Namun dengan dengan kefanaan keberadaan kita jangan sampai membuat kita tidak berharga, tapi justru mewajibkan kita untuk bertanggung jawab. Dalam pemikirannya tentang kefanaan hidup logoterapi bukan pesimistik tetapi lebih aktivistik. Untuk menjelaskan pemikiran berikut penjelasannya : orang yang pesimis mirip dengan manusia yang mengamati kalender dindingnya dengan penuh ketakutan dan kesedihan, setiap lembar yang dibuka dia menangis, dia menjadi kurus setiap hari berlalu. Disisi lain seseorang yang menghadapi problem kehidupan secara aktif adalah sepertim orang yang memindahkan setiap lembar kesuksesan dari kalendernya dan mengisinya dengan rapi dan hati-hati dengan semua lembar sebelumnya, setelah mulanya tercatat dalam beberapa diary dibelakang.
d. Ekstensial AnalisisTerapi eksistensial bertujuan agar klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar atas keberadaan dan potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan bertindak berdasarkan kemampuannya
Dalam analisis eksistensial, psikolog tidak mengarahkan, membimbing, atau menilai klien berdasarkan praduga-praduga. Tugas psikolog hanyalah membantu klien menjadi dirinya yang otentik.
Terapi eksistensial, terutama berpijak pada premis bahwa manusia tidak bisa melarikan diri dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab itu saling berkaitan. Manusia memilki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia berpikir dan memutuskan.
Doktrin utama dalam eksistensialisme bahwa manusia bebas untuk memilih. Manusia merencanakan segala sesuatu bagi dirinya sendiri. Artinya manusia bertanggung jawab terhadap dirinya. Dalam membentuk dirinya, manusia mendapat kesempatan setiap kali memilih apa yang baik dan apa yang kurang baik baginya. Setiap pilihan dijatuhkan terhadap alternatif-alternatif yang dihadapinya adalah pilihannya sendiri.
1. Terapi humanistik eksistensial
Teori eksistensial-humanistik menekankan renungan filosofi tentang apa artinya menjadi manusia. Banyak para ahli psikologi yang berorientasi eksistensial,mengajukan argumen menentang pembatasan studi tingkah laku pada metode-metode yang digunakan oleh ilmu alam.
Terapi eksistensial berpijak pada premis bahwa manusia tidak bisa lari dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab berkaitan. Dalam penerapan-penerapan terapeutiknya eksistensial-humanistik memusatkan perhatian pada filosofis yang melandasi terapi. Pendekatan atau teori eksistensial-humanistik menyajikan suatu landasan filosofis bagi orang berhubungan dengan sesama yang menjadi ciri khas, kebutuhan yang unik dan menjadi tujuan konselingnya, dan yang melalui implikasi-implikasi bagi usaha membantu dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan dasar yang menyangkut keberadaan manusia.
Pendekatan eksistensial-humanistik mengembalikan pribadi kepada fokus sentral, sentral memberikan gambaran tentang manusia pada tarafnya yang tertinggi. Ia menunjukkan bahwa manusia selalu ada dalam proses pemenjadian dan bahwa manusia secara sinambung mengaktualkan dan memenuhi potensinya. Pendekatan eksistensial secara tajam berfokus pada fakta-fakta utama keberadaan manusia – kesadaran diri dan kebebasan yang konsisten.
Pendekatan Eksistensial-humanistik berfokus pada diri manusia. Pendekatan ini mengutamakan suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia. Pendekatan Eksistensial-Humanistik dalam konseling menggunakan sistem tehnik-tehnik yang bertujuan untuk mempengaruhi konseli. Pendekatan terapi eksistensial-humanistik bukan merupakan terapi tunggal, melainkan suatu pendekatan yang mencakup terapi-terapi yang berlainan yang kesemuanya berlandaskan konsep-konsep dan asumsi-asumsi tentang manusia.
Konsep Utama Terapi Humanistik-Eksistensial
Kesadaran Diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri seorang, maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu. Kesadaran untuk memilih alternatif-alternatif yakni memutuskan secara bebas didalam kerangka pembatasnya adalah suatu aspek yang esensial pada manusia. Kebebasan memilih dan bertindak itu disertai tanggung jawab. Para ekstensialis menekan manusia bertanggung jawab atas keberadaan dan nasibnya.
Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan
Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia. Kecemasan ekstensial bisa diakibatkan atas keterbatasannya dan atas kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati (nonbeing). Kesadaran atas kematian memiliki arti penting bagi kehidupan individu sekarang, sebab kesasaran tersebut menghadapkan individu pada kenyataan bahwa dia memiliki waktu yang terbatas untuk mengaktualkan potensi-potensinya. Dosa ekstensial yang juga merupakan bagian kondisi manusia. Adalah akibat dari kegagalan individu untuk benar-benar menjadi sesuatu sesuai dengan kemampuannya.
Penciptaan Makna
Manusia itu unik dalam arti bahwa ia berusaha untuk menentukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan. Menjadi manusia juga berarti menghadapi kesendirian (manusia lahir sendirian dan mati sendirian pula). Walaupun pada hakikatnya sendirian, manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah mahluk rasional. Kegagalan dalam menciptakan hubungan yang bermakna bisa menimbulkan kondisi-kondisi isolasi dipersonalisasi, alineasi, keterasingan, dan kesepian. Manusia juga berusaha untuk mengaktualkan diri yakni mengungkapkan potensi-potensi manusiawinya. Sampai tarap tertentu, jika tidak mampu mengaktualkan diri, ia bisa menajdi “sakit”.
2. Terapi psikoanalisa
Seperti yang kita ketahui bahwa psikoterapi merupakan metode-metode atau cara untuk membantu seseorang (klien) menyembuhkan atau setidaknya mengurangi gangguan-gangguan psikologis yang terjadi pada dirinya. Metode-metode yang digunakan dalam psikoterapi ini semua berdasarkan ilmu-ilmu yang ada dalam kajian psikologi, makadari itu cukup banyak metode yang digunakan dalam psikoterapi yang diterapkan oleh terapis pada klien. Metode – metode yang diterapkan tersebut jelas disesuaikan dengan jenis masalah dan kebutuhan klien.
Kali ini kita akan coba membahas salah satu metode yang digunakan dalam psikoterapi, yaitu metode psikoanalisa/psikoanalisis. Psikoanalisa sendiri dipelopori oleh tokoh psikologi yang terkenal yaitu Sigmund Freud. Seperti konsep psikoanalisa Sigmund Freud, terapi dengan metode ini juga mempunyai konsep yang didasari oleh struktur kepribadian dasar manusia yaitu id, ego, dan super ego. Metode ini sendiri merupakan upaya perawatan terhadap perilaku abnormal atau gangguan dengan cara mengidentifikasikan penyebab-penyebab ‘tak sadar’ dari perilaku atau gangguan yang terjadi (diderita klien). Hal ini sangat berkaitan dengan konsep struktur pikiran yang diungkapkan oleh Freud. Freud mengungkapkan bahwa penyebab ‘tak sadar’ itu merupakan konflik yang disebabkan adanya kekuatan-kekuatan yang saling berlawanan dalam diri tiap individu dan memberi pengaruh besar terhadap perkembangan kepribadian individu sehingga menimbulkan stres dalam kehidupan.
3. Perbedaan dengan person-centered theraphy (Rogers)
Manifestasi teori kepribadian dalam keyakinan terhadap pendekatan PCT terdapat tiga kondisi yang membentuk iklim yang meningkatkan pertumbuhan tersebut, yaitu: (1) genuineness, realness or cogruence, (2) acceptance or caring or prizing – unconditional positive regard, dan (3) empathic understanding.
Teknik ini dipakai secara lebih terbatas pada terapi mahasiswa dan orang-orang dewasa muda lain yang mengalami masalah-maalah penyesuaian diri yang sederhana. Carl Rogers berpendapat bahwa orang-orang memiliki kecenderungan dasar yang mendorong mereka ke arah pertumbuhan dan pemenuhan diri. Dalam pandangan Rogers gangguan-gangguan psikologis pada umumnya terjadi karena orang-orang lain menghambat individu dalam perjalanan menuju aktualisasi diri.
4. Teknik logoterapi
Logoterapi tidak hanya mengemukakan asas-asas dan filsafat manusia yang bercorak humanistik eksistensial, tetapi juga mengembangkan metode dan teknik-teknik terapi untuk mengatasi gangguan-gangguan neurosis somatogenik, neurosis psikogenik, dan neurosis noogenik. Metode-metode ini merupakan jabaran dari pandangan logoterapi yang mengakui kepribadian manusia sebagai totalitasraga-jiwa-rohani dan logoterapi memfungsikan potensi berbagai kualitas insani untuk mengembangkan metode dan teknik-teknik terapi.
Frankl mengembangkan logoterapi bukan sekedar sekumpulan teori, tetapi juga terdapat teknik-teknik terapi yang spesifik, yang menjadikan logoterapi suatu pendekatan psikoterapi yang memiliki fungsi pemecahan praktis. Teknik-teknik terapi yang dimaksud adalah intensif pradoksikal, derefleksi, bimbingan rohani, dan eksistensial analisis.
Menurut Frankl, penting untuk untuk dicermati apakah kasus-kasus pasien berkaitan dengan wilayah empirik atau wilayah transenden. Sebab kalau kasus-kasus kongkret seperti ketakutan pada ruangterbuka dan fobia-fobia itu tidak bisa diselesaikan dengan pemahaman filosofis. Namun sebelum memahami teknik- teknik paradoxical intention dan dereflection, perlu dibahas lebih dulu suatu fenomena klinis yang disebut anticipatory anxiety, yakni rasa cemas akan munculnya suatu gejala patologis tertentu yang justru benar-benar memunculkan apa yang dicemaskannya itu dan tercetusnya gejala tersebutakan meningkatkan intensitas kecemasan. Dengan demikian penderita sebenarnya mengalami perasaan “takut menjadi takut” sehingga seakan-akan terjerat dalam lingkaran kecemasan yang tak berakhir. Terhadap anticipatory anxiety biasanya para penderita mengembangkan tiga pola reaksi khusus yang dalam logoterapi dikenal sebagai: fligh from fear, fight against obsession, dan fight for pleasure. Dalam pola flight from fear penderita menghindari semua objek yang ditakuti dan dicemaskannya. Reaksi ini terdapat pada semua reaksi cemas, dan secara khas terdapat pada fobia. Sementara itu, pada fight again obsession penderita mencurahkan segala daya upaya utnuk mengendalikan dan menahan agar tidak sampai tercetus suatu dorongan aneh yang kuat dalam dirinya. Namun kenyataanya, makin keras upaya menahannya, makin kuat pula dorongan untuk
muncul dan makin tegang pula perasaan penderita. Pola reaksi ini jelas merupakan pola reaksi khas gangguan obsesi dan kompulsi.
Pada fight for plesure terdapat hasrat yang berlebihan untuk memperoleh kepuasan. Hasrat ini sering disertai kecenderungan kuat untuk menanti-nantikan dengan penuh harap saat kepuasan itu terjadi pada dirinya (hyper reflection) dan terlalu menghasrati kenikmatan seccara berlebihan yang keduanya saling menunjang dalam memperkuat anticipatory anxiety. Pola reaksi ini sering terdapat pada gangguan seksual (misalnya frigiditas dan impotensi) dan non seksual (misalnya insomnia). Seperti pola reaksi pertama, kedua pola reaksi ini pun mengembangkan mekanisme lingkaran tak berakhir yang makin memperkuat kecemasan. Untuk mengatasi lingkaran proses yang tak berakhir ini logoterapi “mengguntingnya” dengan teknik-teknik paradoxical intention dan dereflection.
Teknik-teknik dalam Terapi:
a. Paradoxical Intention (pembalikan keinginan) Teknik paradoxical intention pada dasarnya memanfaatkan kemampuan mengambil jarak (self detachment) dan kemampuan mengambil sikap terhadap kondisi diri sendiri (biologis dan psikologis) dan lingkungan.
Disamping itu juga rasa humor, khususnya humor terhadap diri sendiri. Dalam penerapannya teknik ini membantu pasien untuk menyadari pola keluhannya, mengambil jarak atas keluhannya itu serta menanggapinya secara humoristis. Dalam kasus-kasus fobia, teknik ini berusaha mengubah sikap penderita yang semula takut menjadi “akrab” dengan objek yang justru ditakutinya, sedangkan pada obsesi dan kompulsi yang biasanya penderita mengendalikan ketat dorongan-dorongannya agar tak tercetus justru diminta untuk secara sengaja mengharapkan (bahkan memacu) agar dorongan itu benar-benar muncul. Usaha ini mustahil dilakukan tanpa sikap humoristis pasien atas dirinya. Pemanfaatan rasa humor ini diharapkan dapat membantu pasien untuk tidak lagi memandang gangguan-gangguannya sebagai sesuatu yang berat mencekam, tetapi berubah menjadi lucu.
Titik tolak dari paradoxical intention ada dua: pertama adalah kesanggupan manusia untuk bebas bersikap atau mengambil jarak terhadap diri sendiri, termasuk didalamnya sikap terhadap tingkah laku dan masalah-masalah yang dihadapinya.
Kedua adalah, bahwa kesengajaan yang memaksa untuk menghindari sesuatu semakin mendekatkan individu kepada sesuatu yang ingin dihindarinya, dan kesengajaan yang memaksa untuk mencapai sesuatu semakin menjauhkan individu dari sesuatu yang ingin dicapainya.
Agar teknik intensi paradoksikal bisa dipahami lebih baik maka perlu dipapaparkan penerapan teknik intensi paradoksikal pada kasus-kasus kongkrit hidrofobia dibawah ini. Seorang pasien hidrofobia mendatangi Frankl dikliniknya. Si pasien menceritakan kalau gangguan ini sudah lama. Pada suatu hari si pasien bertemu dengan atasanya di jalan. Dan ketika dia mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan atasannya itu, mendadak tangannya gemetar dan mengeluarkan keringat. Pada kesempatan lain sipasien kembali bertemu dengan atasannya itu di jalan. Karena telah ada antisipasi, tangan sipasien gemetar dan berkeringat ketika dia bersalaman dengan atasan. Jadi sipasien terjebak didalam suatu lingkaran proses yang tak berakhir: hiperhidrosis mencetuskan hidrofobia, dan kemudian hidrofobia menghasilkan hiperhidrosis. Untuk memutuskan lingkaran yang tak berakhir, yang telah menjebak pasiennya, Frankl mengajukan saran kepada sipasien agar pada kesempatan lain, jika bertemu lagi dengan atasannya, berusaha secara sengaja menunjukkan kepada atasannya itu bahwa dia bias menggetarkan tangan dan mengeluarkan keringat banyak. Saran ini diikuti oleh si pasien. Ketika sipasien bertemu kembali dengan atasannya, dia berkata kepada diri sendiri, “aku sebelumnya hanya berkeringat sedikit. Sekarang aku akan mengeluarkan keringat sebanyak-banyaknya jika bersalaman dengan dia.” Apa hasil intensi paradoksikal ini? Si pasien ternyata tidak mengeluarkan keringat sedikit pun ketika dia bersalaman dengan atasannya.
b. De-reflection (meniadakan perenungan)Sama seperti intensi paradoksikal, untuk menjelaskan prinsip derefleksi Frankl juga menggunakan kecemasan antisipatori sebagai titik tolak. Menurut Frankl pada kasus dimana kecemasan antisipatori menunjukkan pengaruhnya yang kuat, kita bisa mengamati satu fenomena yang cukup menonjol, yakni paksaan kepada observasi diri atau pemaksaan untuk mengatasi diri sendiri. Istilah lain untuk fenomena tersebut adalah perenungan yang berlebihan (hyper-reflection). Di dalam etiologi suatu neurosis, menurut Frankl, kita sering menemukan pelebihan perhatian maupun keinginan. Ini khususnya terjadi pada kasus insomnia dimana keinginan yang memaksa untuk tidur disertai oleh perhatian yang berlebihan dan dipaksakan untuk mengamati apakah keinginan itu efektif atau tidak. Para penderita insomnia sering melaporkan bahwa mereka menjadi begitu sadar atas kesulitan tidur terutama jika mereka pergi ketempat tidur. Perhatian yang berlebihan serta keinginan yang memaksa untuk tidur justru menghambat proses tidur dan, sebaliknya, merangsang keterjagaan. Derefleksi memanfaatkan kemampuan transendensi diri (self-transcendence) yang ada pada setiap manusia dewasa. Artinya kemampuan untuk membebaskan diri dan tak memperhatikan lagi kondisi yang tak nyaman untuk kemudian lebih mencurahkan perhatian kepada hal-hal lain yang positif dan bermanfaat. Jadi pasien tidak sebatas hanya dianjurkan untuk mengabaikan gejala-gejalanya, tetapi dicurahkan untuk memperhatikan tugas tertentu didalam hidupnya, atau dengan perkataan lain, dikonfrontasikan kepada makna keberadaanya. Frankl kembali menekankan bahwa konfrontasi dengan makna bukan sesuatu yang neurotik, melainkan justru sesuatu yang sehat, suatu komitmen diri yang merupakan syarat bagi kesehatan. Hal ini juga didukung pernyataan Allport: “Apabila fokus dorongan beralih dari konflik kepada tujuan-tujuan yang tidak terpusat pada diri sendiri, maka hidup seseorang secara keseluruhan menjadi lebih sehat, meskipun boleh jadi neurosisnya tidak akan pernah sepenuhnya hilang”. Jadi derefleksi membantu membantu pasien untuk menemukan makna. Seperti pernyataan Gofryd Kaczanowski yang intinya menyebutkan bahwa derefleksi adalah suatu teknik terapi yang kurang spesifik, lebih sulit namun lebih logoterapeutik dibanding dengan intensi paradoksikal.Ada suatu teknik dari Herbert dan William (2003) yang kurang lebih sama dengan derefleksi, namun mempunyai tujuan yang berbeda yaitu memasrahkan diri. Menurutnya sikap ini perlu pada saat kita sudah berada pada batas kemampuan dan jalan buntu. Karena sikap pasrah total dapat memutuskan ikatan masa lalu, membawa anda pindah dari pola pikiran yang merusak, dan menuju kinerja yang lebih baik.
c. Bimbingan RohaniBimbingan rohani kirannya bisa dilihat sebagai ciri paling menonjol dari logoterapi sebagai psikoterapi berwawasan spiritual. Sebab bimbingan rohani merupakan metode yang secara eksklusif diarahkan pada unsur rohani atau roh, dengan sasaran pemenuhan makna oleh individu atau pasien melalui realisasi nilai-nilai terakhir yang bisa ditemuinya, nilai-nilai bersikap. Jelasnya bimbingan rohani merupakan metode yang khusus digunakan pada penanganan kasus dimana individu dalam penderitaan karena penyakit yang tidak bisa disembuhkan atau nasib buruk yang tidak bisa diubahnya, tidak lagi mampu berbuat selain menghadapi dengan cara mengembangkan sikap yang tepat dan positif terhadap penderitaan itu. Pendekatan ini memanfaatkan kemampuan untuk mengambil sikap (to take a stand) terhadap kondisi diri dan lingkungan yang tak mungkin diubah logoterapi lagi. Bimbingan rohani merupakan perealisasian dari nilai-nilai bersikap sebagai salah satu sumber makna hidup. Tujuan utama metode bimbingan rohani membantu seseorang menemukan makna dari penderitaanya: Meaning in suffering. Dalam bimbingan rohani logoterapi juga mengajarkan tentang kefanaan hidup. Segala sesuatu yang ada dalam kehidupan ini hanyalah sementara. Begitu juga dengan penderitaan yang harus dijalaninya, semuanya juga akan berakhir. Namun dengan dengan kefanaan keberadaan kita jangan sampai membuat kita tidak berharga, tapi justru mewajibkan kita untuk bertanggung jawab. Dalam pemikirannya tentang kefanaan hidup logoterapi bukan pesimistik tetapi lebih aktivistik. Untuk menjelaskan pemikiran berikut penjelasannya : orang yang pesimis mirip dengan manusia yang mengamati kalender dindingnya dengan penuh ketakutan dan kesedihan, setiap lembar yang dibuka dia menangis, dia menjadi kurus setiap hari berlalu. Disisi lain seseorang yang menghadapi problem kehidupan secara aktif adalah sepertim orang yang memindahkan setiap lembar kesuksesan dari kalendernya dan mengisinya dengan rapi dan hati-hati dengan semua lembar sebelumnya, setelah mulanya tercatat dalam beberapa diary dibelakang.
d. Ekstensial AnalisisTerapi eksistensial bertujuan agar klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar atas keberadaan dan potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan bertindak berdasarkan kemampuannya
Dalam analisis eksistensial, psikolog tidak mengarahkan, membimbing, atau menilai klien berdasarkan praduga-praduga. Tugas psikolog hanyalah membantu klien menjadi dirinya yang otentik.
Terapi eksistensial, terutama berpijak pada premis bahwa manusia tidak bisa melarikan diri dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab itu saling berkaitan. Manusia memilki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia berpikir dan memutuskan.
Doktrin utama dalam eksistensialisme bahwa manusia bebas untuk memilih. Manusia merencanakan segala sesuatu bagi dirinya sendiri. Artinya manusia bertanggung jawab terhadap dirinya. Dalam membentuk dirinya, manusia mendapat kesempatan setiap kali memilih apa yang baik dan apa yang kurang baik baginya. Setiap pilihan dijatuhkan terhadap alternatif-alternatif yang dihadapinya adalah pilihannya sendiri.
Jumat, 18 Maret 2016
Psikoterapi
PENGERTIAN PSIKOTERAPI
Psikoterapi
dilihat secara etimologis mempunyai arti sederhana, yakni "psyche" yang artinya jiwa dan "therapy" yang berarti "merawat, mengobati, menyembuhkan"
sehingga psikoterapi dalam arti sempitnya yaitu: "perawatan terhadap aspek
kejiwaan“
Menurut
Wolberg (1954), psikoterapi adalah suatu bentuk dari perawatan (treatment)
terhadap masalah-masalah yang dasarnya emosi, dimana seseorang yang terlatih
dengan seksama membentuk hubungan profesional dengan pasien dengan tujuan
memindahkan, mengubah atau mencegah munculnya gejala dan menjadi perantara
untuk menghilangkan pola-pola perilaku yang terhambat.
Corsini
(1989) Psikoterapi adalah proses formal dari interaksi antara dua pihak, setiap
pihak biasanya terdiri dari satu orang, tetapi ada kemungkinan terdiri dari dua
orang atau lebih pada setiap pihak, dengan tujuan memperbaiki keadaan yang
tidak menyenangkan (distress).
TUJUAN PSIKOTERAPI
•Perawatan akut (intervensi krisis dan stabilisasi).
•Rehabilitasi (memperbaiki gangguan perilaku berat).
•Pemeliharaan (pencegahan keadaan memburuk dijangka
panjang).
•Restrukturisasi (meningkatkan perubahan yang terus menerus
kepada pasien).
PERBEDAAN PSIKOTERAPI DENGAN KONSELING
Psikoterapi
- Pemberian pemahaman secara rekonstruksi (insght recontructive)
-Problem berat: konflik yang serius, gangguan
perasaan.
-Individu kurang normal.
-Konflik interpersonal yang mendalam.
-Orang mengalami tekanan emosional kronis
-Berorientasi
pada terapi, menggunakan teknik yang spesifik dengan psikoanalisis/
behavioristik dan pena-nganan medis.
-Psikiater
Konseling
-Pemberian dorongan (supportive)
-Pemberian pemahaman secara reedukatif
(insight-reedukative)
-Problem ringan: ketidakmatangan, ketidaksatabilan
emosioanl dll.
-Individu
normal.
-Peran dalam kehidupan.
-Kecemasan normal dan krisis situasional dalam
sehari-hari
-Lebih berorientasi pada klien, mementingkan hubungan
dengan pende-katan humanistik.
-Psikolog
Salah satu ahli yang berupaya membedakan
antara konseling dengan psikoterapi adalah Raymond J. Corsini, dalam bukunya
Current PsyChoTherapies (1989) ia mencoba membedakan konseling dan psikoterapi
hanya dari kuantitas kegiatannya bukan pada kualitas pekerjaanya.
BENTUK TERAPI
Bentuk utama Terapi menurut Wolberg
(1967), yaitu:
Supportive Therapy
•Terapi yang bertujuan untuk memperkuat
benteng pertahanan diri, memperluas mekanisme pengarahan dan pengendalian emosi
kepribadian serta mengembalikan pada penyesuaian diri yang seimbang.
•Cara atau pendekatan:
bimbingan, katarsis emosional, hipnosis, manipulasi lingkungan, terapi
kelompok, dll.
Reeducative Therapy:
•Terapi yang bertujuan untuk mewujudkan
penyesuaian kembali, perubahan atau modifikasi sasaran atau tujuan hidup dan
menghidupkan potensi kreatif.
•Cara atau pendekatan: Terapi perilaku,
terapi kelompok, terapi keluarga, psikodrama, dll.
Reconstructive Therapy:
•Terapi yang bertujuan untuk menimbulkan
pemahaman terhadap konflik-konflik yang tidak disadari agar terjadi perubahan
struktur karakter dan mengembangkan potensi penyesuaian yang baru.
•Cara atau pendekatan: Psikoanalisis klasik
dan Neo-Freudian (Adler, Jung, Sullivan, Horney, Reich, Fromm, Kohut, dll.),
psikoterapi berorientasi psikoanalitik atau dinamik.
|
Sabtu, 23 Januari 2016
sikap kerja dan kepuasan kerja
HUBUNGAN PELAKSANAAN KERJA DAN KEPUASAN KERJA
Hubungan antara pelaksanaan kerja dan kepuasan kerja sudah pasti menjadi hal yang sangat penting. Cara seorang karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya, sangat dipengaruhi oleh lingkungan kerja dan hal tersebut akan memengaruhi kepuasan kerja yang dirasakan oleh karyawan tersebut. Selain dipengaruhi oleh faktor luar, faktor dari dalam diri seorang karyawan juga sangat berpengaruh. Motivasi yang dimiliki oleh seorang karyawan dalam mengerjakan pekerjaannya haruslah tinggi. Sehingga karyawan tersebut dapat mempertahankan produktivitasnya dan dapat bekerja kepada sebuah perusahaan dalam waktu yang lama.
Kepuasan kerja juga penting untuk aktualisasi, karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja tidak akan pernah mencapai kematangan psikologis, dan pada gilirannya akan menjadi frustasi. Karyawan yang seperti ini akan sering melamun, mempunyai semangat kerja yang rendah, cepat lelah dan bosan, emosi tidak stabil, sering absen dan melakukan kesibukan yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan yang harus dilakukan. Sedangkan karyawan yang mendapatkan kepuasan kerja biasanya mempunyai catatan kehadiran dan perputaran kerja yang lebih baik, kurang aktif dalam kegiatan serikat karyawan, dan kadang-kadang berprestasi bekerja lebih baik daripada karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja. Oleh karena itu kepuasan kerja mempunyai arti penting baik bagi karyawan maupun perusahaan, terutama karena menciptakan keadaan positif di dalam lingkungan kerja perusahaan.
MENCEGAH DAN MENGATASI KETIDAKPUASAN KERJA
Hal terpenting untuk mencegah dan mengatasi ketidakpuasan kerja adalah menjaga semua faktor yang mendukung kepuasan kerja agar tidak hilang. Misalnya menjaga suasana lingkungan kerja tetap kondusif, menjaga kebersihan tempat kerja, menjalin komunikasi atau hubungan yang baik dengan rekan kerja, serta hal lainnya. Pengukuran kepuasan kerja juga dapat membantu pemimpin perusahaan untuk mengetahui apakah pekerjanya merasa puas atau tidak, berdasarkan faktor-faktor yang ada. Sehingga faktor yang menjadi pemicu ketidakpuasan kerja tersebut dapat dievaluasi secepat mungkin.
Di suatu kantor yang bisa dikatakan kantor tersebut belum memiliki aturan-aturan yang ada untuk menunjang pekerjaan para karyawannya sehingga kantor tersebut sering sekali ditinggalkan oleh para karyawannya. Karyawan disana sering mengalami ketidakpuasan dalam bekerja. Mereka merasa jenuh dengan pekerjaannya dan situai di kantor tersebut.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk memperbaiki keadaan tersebut, yaitu:
1. Menciptakan tantangan baru
Jika pekerja terjebak dalam sebuah pekerjaan karena kurang pendidikan atau penciutan perusahaan, tak selalu berarti pekerjaan itu membosankan. Dengan sedikit imajinasi, ciptakan tantangan baru dan lakukan yang terbaik untuk pekerjaan tersebut.
• Perbaiki keterampilan
• Buat proyek sendiri
Buat proyek yang bisa memotivasi dan memberi pekerja perasaan mengontrol. Mulailah dari mengatur perayaan ulang tahun di kantor, lalu setelah itu pekerja membuat proyek yang lebih besar. Pekerja juga bisa melakukan sesuatu yang bisa meningkatkan rasa percaya diri.
• Membantu anak baru
Setelah menguasai sebuah pekerjaan, pekerja akan mendapati pekerjaan sebagai rutinitas. Bantulah rekan kerja baru untuk meningkatkan keterampilan mereka. Ini bisa memperbarui tantangan dan kepuasan yang pekerja inginkan.
2. Kalahkan Kebosanan
• Ubah hal monoton
Ambil cuti lalu melakukan kegiatan seperti membaca, mendengarkan musik, jalan-jalan, atau menulis surat untuk sahabat.
• Minta penugasan baru
Bicaralah dengan atasan, minta pelatihan tugas berbeda untuk mengatasi kebosanan. Setelah selesai, pekerja bisa kembali ke tugas semula.
• Lakukan tugas sukarelawan
Bila pekerja mendengar perusahaan meluncurkan proyek baru, jadilah seorang sukarelawan untuk masuk dalam tim proyek itu.
• Minta tantangan baru
Jika bos pekerja cukup enak diajak bicara, katakanlah bahwa Anda merasa sedikit bosan dengan pekerjaan sekarang dan ingin sebuah tantangan baru.
3. Berpikir Positif
Mengubah sikap soal pekerjaan memang tak bisa sekejap. Cobalah teknik ini untuk menyadari cara pikir Anda:
• Berhenti berpikir negatif
Perhatikan pesan-pesan dari otak untuk diri sendiri. Ketika mendapati diri sendiri berpikir bahwa pekerjaan sekarang membosankan, segera hentikan pikiran itu.
• Kembalikan pada perspektif yang benar
Ingat bahwa semua orang pernah mengalami hari baik dan hari buruk di tempat kerja.
• Cari hikmahnya
Mungkin pekerja pernah menerima penilaian yang buruk dari atasan dan dia minta pekerja memperbaiki kinerja. Jangan diambil hati dan langsung mencari pekerjaan baru. Cobalah cari hikmahnya. Mungkin itu berarti kesempatan mengikuti pelatihan baru, mendapat ilmu baru, dan pekerja bisa menunjukkan kepada atasan bahwa pekerja mampu berubah dan memperbaiki kinerja.
• Belajar dari kesalahan
Kegagalan adalah alat pembelajaran yang paling hebat, sayangnya banyak orang membiarkan kegagalan mengalahkan mereka. Ketika gagal di pekerjaan, belajarlah dan coba lagi.
• Bersyukur
Rasa syukur dapat membantu pekerja fokus pada hal-hal baik yang ada di perusahaan pekerja.
Hubungan antara pelaksanaan kerja dan kepuasan kerja sudah pasti menjadi hal yang sangat penting. Cara seorang karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya, sangat dipengaruhi oleh lingkungan kerja dan hal tersebut akan memengaruhi kepuasan kerja yang dirasakan oleh karyawan tersebut. Selain dipengaruhi oleh faktor luar, faktor dari dalam diri seorang karyawan juga sangat berpengaruh. Motivasi yang dimiliki oleh seorang karyawan dalam mengerjakan pekerjaannya haruslah tinggi. Sehingga karyawan tersebut dapat mempertahankan produktivitasnya dan dapat bekerja kepada sebuah perusahaan dalam waktu yang lama.
Kepuasan kerja juga penting untuk aktualisasi, karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja tidak akan pernah mencapai kematangan psikologis, dan pada gilirannya akan menjadi frustasi. Karyawan yang seperti ini akan sering melamun, mempunyai semangat kerja yang rendah, cepat lelah dan bosan, emosi tidak stabil, sering absen dan melakukan kesibukan yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan yang harus dilakukan. Sedangkan karyawan yang mendapatkan kepuasan kerja biasanya mempunyai catatan kehadiran dan perputaran kerja yang lebih baik, kurang aktif dalam kegiatan serikat karyawan, dan kadang-kadang berprestasi bekerja lebih baik daripada karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja. Oleh karena itu kepuasan kerja mempunyai arti penting baik bagi karyawan maupun perusahaan, terutama karena menciptakan keadaan positif di dalam lingkungan kerja perusahaan.
MENCEGAH DAN MENGATASI KETIDAKPUASAN KERJA
Hal terpenting untuk mencegah dan mengatasi ketidakpuasan kerja adalah menjaga semua faktor yang mendukung kepuasan kerja agar tidak hilang. Misalnya menjaga suasana lingkungan kerja tetap kondusif, menjaga kebersihan tempat kerja, menjalin komunikasi atau hubungan yang baik dengan rekan kerja, serta hal lainnya. Pengukuran kepuasan kerja juga dapat membantu pemimpin perusahaan untuk mengetahui apakah pekerjanya merasa puas atau tidak, berdasarkan faktor-faktor yang ada. Sehingga faktor yang menjadi pemicu ketidakpuasan kerja tersebut dapat dievaluasi secepat mungkin.
Di suatu kantor yang bisa dikatakan kantor tersebut belum memiliki aturan-aturan yang ada untuk menunjang pekerjaan para karyawannya sehingga kantor tersebut sering sekali ditinggalkan oleh para karyawannya. Karyawan disana sering mengalami ketidakpuasan dalam bekerja. Mereka merasa jenuh dengan pekerjaannya dan situai di kantor tersebut.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk memperbaiki keadaan tersebut, yaitu:
1. Menciptakan tantangan baru
Jika pekerja terjebak dalam sebuah pekerjaan karena kurang pendidikan atau penciutan perusahaan, tak selalu berarti pekerjaan itu membosankan. Dengan sedikit imajinasi, ciptakan tantangan baru dan lakukan yang terbaik untuk pekerjaan tersebut.
• Perbaiki keterampilan
• Buat proyek sendiri
Buat proyek yang bisa memotivasi dan memberi pekerja perasaan mengontrol. Mulailah dari mengatur perayaan ulang tahun di kantor, lalu setelah itu pekerja membuat proyek yang lebih besar. Pekerja juga bisa melakukan sesuatu yang bisa meningkatkan rasa percaya diri.
• Membantu anak baru
Setelah menguasai sebuah pekerjaan, pekerja akan mendapati pekerjaan sebagai rutinitas. Bantulah rekan kerja baru untuk meningkatkan keterampilan mereka. Ini bisa memperbarui tantangan dan kepuasan yang pekerja inginkan.
2. Kalahkan Kebosanan
• Ubah hal monoton
Ambil cuti lalu melakukan kegiatan seperti membaca, mendengarkan musik, jalan-jalan, atau menulis surat untuk sahabat.
• Minta penugasan baru
Bicaralah dengan atasan, minta pelatihan tugas berbeda untuk mengatasi kebosanan. Setelah selesai, pekerja bisa kembali ke tugas semula.
• Lakukan tugas sukarelawan
Bila pekerja mendengar perusahaan meluncurkan proyek baru, jadilah seorang sukarelawan untuk masuk dalam tim proyek itu.
• Minta tantangan baru
Jika bos pekerja cukup enak diajak bicara, katakanlah bahwa Anda merasa sedikit bosan dengan pekerjaan sekarang dan ingin sebuah tantangan baru.
3. Berpikir Positif
Mengubah sikap soal pekerjaan memang tak bisa sekejap. Cobalah teknik ini untuk menyadari cara pikir Anda:
• Berhenti berpikir negatif
Perhatikan pesan-pesan dari otak untuk diri sendiri. Ketika mendapati diri sendiri berpikir bahwa pekerjaan sekarang membosankan, segera hentikan pikiran itu.
• Kembalikan pada perspektif yang benar
Ingat bahwa semua orang pernah mengalami hari baik dan hari buruk di tempat kerja.
• Cari hikmahnya
Mungkin pekerja pernah menerima penilaian yang buruk dari atasan dan dia minta pekerja memperbaiki kinerja. Jangan diambil hati dan langsung mencari pekerjaan baru. Cobalah cari hikmahnya. Mungkin itu berarti kesempatan mengikuti pelatihan baru, mendapat ilmu baru, dan pekerja bisa menunjukkan kepada atasan bahwa pekerja mampu berubah dan memperbaiki kinerja.
• Belajar dari kesalahan
Kegagalan adalah alat pembelajaran yang paling hebat, sayangnya banyak orang membiarkan kegagalan mengalahkan mereka. Ketika gagal di pekerjaan, belajarlah dan coba lagi.
• Bersyukur
Rasa syukur dapat membantu pekerja fokus pada hal-hal baik yang ada di perusahaan pekerja.
Sabtu, 16 Januari 2016
sikap kerja dan kepuasan kerja
A. Sikap Kerja
1. Determinan Sikap Kerja
Tidak ada satu batasan dari kepuasan kerja/ pekerjaan yang paling sesuai, seperti batasan dari Locke yang menyimpulkan ada dua unsur yang penting dalam kepuasan kerja yaitu nilai-nilai pekerjaan dan kebutuhan-kebutuhan dasar. Kepuasan kerja merupakan hasil dari tenaga kerja yang berkaitan dengan motivasi kerja.
Howell dan Dipboye (1986) memandang kepuasan kerja sebagai hasil keseluruhan dari derajat rasa suka atau tidak sukanya tenaga kerja terhadap berbagai aspek dari pekerjaan.
Selanjutnya dibahas tiga model yang mencerminkan hubungan-hubungan yang berbeda antara sikap dan motivasi untuk performance secara efektif.
2. Pengukuran sikap kerja
Pengukuran sikap kerja dapat ditentukan oleh faktor-faktor penentu kepuasan kerja.
Banyak faktor yang telah diteliti sebagai faktor-faktor yang mungkin menentukan kepuasan kerja.
a) Ciri-ciri Intrinsik Pekerjaan
Menurut Locke, ciri-ciri intrinsik dari pekerjaan yang menetukan kepuasan kerja ialah keragaman, kesulitan,jumlah pekerjaan, tanggung jawab, otonomi, kendali terhadap metode kerja, kemajemukan, dan kreativitas, terdapat satu unsur yang dijumpai pada ciri-ciri intrinsik yaitu tantangan mental.
Berdasarkan survei diagnostik diperoleh hasil tentang lima ciri yang memperlihatkan kaitannya dengan kepuasan kerja untuk berbagai macam pekerjaan. Ciri-ciri tersebut ialah :
1. Keragaman keterampilan.
2. Jati diri tugas (task identity).
3. Tugas yang penting (task significance).
4. Otonomi.
5. Pemberian balikan pada pekerjaan membantu meningkatkan tingkat kepuasan kerja.
Model karakteristik pekerjaan dari motivasi kerja menunjukan hubungan yang erat dengan kepuasan kerja. Kepuasan kerja bersamaan dengan motivasi internal yang tinggi. Konsep yang diajukan oleh Herzbeg, yang mengelompokan ciri-ciri pekerjaan intrinsik ke dalam kelompok motivators.
b) Gaji Penghasilan, Imbalan yangn Dirasakan Adil
Uang memang mempunyai arti yang berbeda- beda bagi orang yang berbeda-beda . Dengan menggunakan teori keadilan dari Adams dilakukan berbagai penelitian dan salah satu hasilnya ialah bahwa orang yang menerima gaji yang terlalu kecil atau terlalu besar akan mengalami disterss atau ketidakpuasan.
Yang penting ialah sejauh mana gaji yang diterima dirasakan adil, jika gaji dipersepsikan sebagai adil berdasarkan tuntutan kerja, tingkat pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan standar gaji yang berlaku untuk kelompok pekerjaan tertentu, maka akan ada kepuasan kerja.
Uang atau imbalan akan mempunyai dampak terhadap motivasi kerjanya jika besarnya imbalan disesuaikan dengan tinggi prestasi kerjanya.
c) Penyeliaan
Locke memberikan kerangka kerja teoritis untuk memahami kepuasan tenaga kerjadengan penyeliaan, ia menemukan dua jenis dari hubungan atasan –bawahan : hubungan fungsional dan keseluruhan (entity). Hubungan fungsional mencerminkan sejauh mana penyelia membantu tenaga kerja, untuk memuaskan nilai-nilai pekerjaan yang penting bagi tenaga kerja. Hubungan keseluruhan didasarkan pada ketertarikan antar pribadi yang mencerminkan sikap dasar dan nilai-nilai yang serupa. Penyeliaan merupakan salah satu faktor juga dari kelompok faktor hygiene dari Herzberg.
d) Rekan- rekan Sejawat
Hubungan yang ada antarpekerja adalah hubungan ketergantungan sepihak , yang bercorak fungsional. Kepuasan kerja yang ada pada para pekerja timbul jika terjadi hubungan yang harmonis dengan tenag kerja yang lain. Didalam kelompok kerja dimana pekerja harus bekerja sagabai satu tim, kepuasan kerja mereka dapat timbul karena kebutuhan-kebutuhan tingkat tinggi mereka (kebutuhan harga diri, kebutuhan aktualisasi) dapat dipenuhi dan mempunyai dampak pada motivasi kerja mereka.
Hubungan yang ada antarpekerja adalah hubungan ketergantungan sepihak , yang bercorak fungsional. Kepuasan kerja yang ada pada para pekerja timbul jika terjadi hubungan yang harmonis dengan tenag kerja yang lain.
3. Macam-macam Sikap Kerja
Ada 5 sikap kerja yaitu:
a) Kerja Ikhlas
Kerja ikhlas adalah bekerja dengan bersungguh-sungguh, dapat menghasilkan sesuatu yang baik dan dilandasi dengan hati yang tulus. Contoh: Seorang buruh tani yang bekerja dengan upah yang pas-pasan, namun tetap bekerja dengan baik melaksanakan pekerjaan dengan tulus dan semata-mata merupakan pengabdian kepada pekerjaannya yang menghasilkan uang untuk keperluan hidup keluarga.
b) Kerja Mawas Terhadap Emosional
Kerja mawas terhadap emosional adalah bekerja dengan tidak terpengaruh oleh perasaan/kemarahan yang sedang melanda jiwanya. Seorang pemilik perusahaan, di rumah mempunyai masalah dengan keluarganya. Di perusahaannya, ada pegawainya yang melakukan kesalahan. Maka sebagai pemimpin atau pemilik usaha harus dapat membedakan masalah pribadi dengan masalah pekerjaan. Cara pemecahan masalahnya harus tetap rasional dan tidak emosional.
c) Kerja Cerdas
Kerja cerdas adalah bahwa di dalam bekerja harus pandai memperhitungkan resiko, mampu melihat peluang dan dapat mencari solusi sehingga dapat mencapai keuntungan yang diharapkan. Perilaku/sikap cerdas dalam melakukan pekerjaannya menggunakan teknologi yang tepat, menggunakan konsep hitung menghitung, memakai atau menggunakan bahasa global, pandai berkomunikasi dan pandai pula mengelola informasi.
d) Kerja Keras
Kerja keras adalah dalam bekerja kita harus mempunyai sifat mampu kerja atau gila kerja untuk mencapai sasaran yang ingin dicapai. Mereka dapat memanfaatkan waktu yang optimal sehingga kadang-kadang tidak mengenal waktu, jarak serta kesulitan yang dihadapi. Dalam bekerja mereka penuh semangat dan berusaha keras untuk meraih hasil yang baik dan maksimal.
e) Kerja Tuntas
Kerja tuntas adalah di dalam bekerja mampu mengorganisasikan bagian usaha secara terpadu dari awal sampai akhir untuk dapat menghasilkan usaha sampai selesai dengan maksimal.
1. Determinan Sikap Kerja
Tidak ada satu batasan dari kepuasan kerja/ pekerjaan yang paling sesuai, seperti batasan dari Locke yang menyimpulkan ada dua unsur yang penting dalam kepuasan kerja yaitu nilai-nilai pekerjaan dan kebutuhan-kebutuhan dasar. Kepuasan kerja merupakan hasil dari tenaga kerja yang berkaitan dengan motivasi kerja.
Howell dan Dipboye (1986) memandang kepuasan kerja sebagai hasil keseluruhan dari derajat rasa suka atau tidak sukanya tenaga kerja terhadap berbagai aspek dari pekerjaan.
Selanjutnya dibahas tiga model yang mencerminkan hubungan-hubungan yang berbeda antara sikap dan motivasi untuk performance secara efektif.
2. Pengukuran sikap kerja
Pengukuran sikap kerja dapat ditentukan oleh faktor-faktor penentu kepuasan kerja.
Banyak faktor yang telah diteliti sebagai faktor-faktor yang mungkin menentukan kepuasan kerja.
a) Ciri-ciri Intrinsik Pekerjaan
Menurut Locke, ciri-ciri intrinsik dari pekerjaan yang menetukan kepuasan kerja ialah keragaman, kesulitan,jumlah pekerjaan, tanggung jawab, otonomi, kendali terhadap metode kerja, kemajemukan, dan kreativitas, terdapat satu unsur yang dijumpai pada ciri-ciri intrinsik yaitu tantangan mental.
Berdasarkan survei diagnostik diperoleh hasil tentang lima ciri yang memperlihatkan kaitannya dengan kepuasan kerja untuk berbagai macam pekerjaan. Ciri-ciri tersebut ialah :
1. Keragaman keterampilan.
2. Jati diri tugas (task identity).
3. Tugas yang penting (task significance).
4. Otonomi.
5. Pemberian balikan pada pekerjaan membantu meningkatkan tingkat kepuasan kerja.
Model karakteristik pekerjaan dari motivasi kerja menunjukan hubungan yang erat dengan kepuasan kerja. Kepuasan kerja bersamaan dengan motivasi internal yang tinggi. Konsep yang diajukan oleh Herzbeg, yang mengelompokan ciri-ciri pekerjaan intrinsik ke dalam kelompok motivators.
b) Gaji Penghasilan, Imbalan yangn Dirasakan Adil
Uang memang mempunyai arti yang berbeda- beda bagi orang yang berbeda-beda . Dengan menggunakan teori keadilan dari Adams dilakukan berbagai penelitian dan salah satu hasilnya ialah bahwa orang yang menerima gaji yang terlalu kecil atau terlalu besar akan mengalami disterss atau ketidakpuasan.
Yang penting ialah sejauh mana gaji yang diterima dirasakan adil, jika gaji dipersepsikan sebagai adil berdasarkan tuntutan kerja, tingkat pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan standar gaji yang berlaku untuk kelompok pekerjaan tertentu, maka akan ada kepuasan kerja.
Uang atau imbalan akan mempunyai dampak terhadap motivasi kerjanya jika besarnya imbalan disesuaikan dengan tinggi prestasi kerjanya.
c) Penyeliaan
Locke memberikan kerangka kerja teoritis untuk memahami kepuasan tenaga kerjadengan penyeliaan, ia menemukan dua jenis dari hubungan atasan –bawahan : hubungan fungsional dan keseluruhan (entity). Hubungan fungsional mencerminkan sejauh mana penyelia membantu tenaga kerja, untuk memuaskan nilai-nilai pekerjaan yang penting bagi tenaga kerja. Hubungan keseluruhan didasarkan pada ketertarikan antar pribadi yang mencerminkan sikap dasar dan nilai-nilai yang serupa. Penyeliaan merupakan salah satu faktor juga dari kelompok faktor hygiene dari Herzberg.
d) Rekan- rekan Sejawat
Hubungan yang ada antarpekerja adalah hubungan ketergantungan sepihak , yang bercorak fungsional. Kepuasan kerja yang ada pada para pekerja timbul jika terjadi hubungan yang harmonis dengan tenag kerja yang lain. Didalam kelompok kerja dimana pekerja harus bekerja sagabai satu tim, kepuasan kerja mereka dapat timbul karena kebutuhan-kebutuhan tingkat tinggi mereka (kebutuhan harga diri, kebutuhan aktualisasi) dapat dipenuhi dan mempunyai dampak pada motivasi kerja mereka.
Hubungan yang ada antarpekerja adalah hubungan ketergantungan sepihak , yang bercorak fungsional. Kepuasan kerja yang ada pada para pekerja timbul jika terjadi hubungan yang harmonis dengan tenag kerja yang lain.
3. Macam-macam Sikap Kerja
Ada 5 sikap kerja yaitu:
a) Kerja Ikhlas
Kerja ikhlas adalah bekerja dengan bersungguh-sungguh, dapat menghasilkan sesuatu yang baik dan dilandasi dengan hati yang tulus. Contoh: Seorang buruh tani yang bekerja dengan upah yang pas-pasan, namun tetap bekerja dengan baik melaksanakan pekerjaan dengan tulus dan semata-mata merupakan pengabdian kepada pekerjaannya yang menghasilkan uang untuk keperluan hidup keluarga.
b) Kerja Mawas Terhadap Emosional
Kerja mawas terhadap emosional adalah bekerja dengan tidak terpengaruh oleh perasaan/kemarahan yang sedang melanda jiwanya. Seorang pemilik perusahaan, di rumah mempunyai masalah dengan keluarganya. Di perusahaannya, ada pegawainya yang melakukan kesalahan. Maka sebagai pemimpin atau pemilik usaha harus dapat membedakan masalah pribadi dengan masalah pekerjaan. Cara pemecahan masalahnya harus tetap rasional dan tidak emosional.
c) Kerja Cerdas
Kerja cerdas adalah bahwa di dalam bekerja harus pandai memperhitungkan resiko, mampu melihat peluang dan dapat mencari solusi sehingga dapat mencapai keuntungan yang diharapkan. Perilaku/sikap cerdas dalam melakukan pekerjaannya menggunakan teknologi yang tepat, menggunakan konsep hitung menghitung, memakai atau menggunakan bahasa global, pandai berkomunikasi dan pandai pula mengelola informasi.
d) Kerja Keras
Kerja keras adalah dalam bekerja kita harus mempunyai sifat mampu kerja atau gila kerja untuk mencapai sasaran yang ingin dicapai. Mereka dapat memanfaatkan waktu yang optimal sehingga kadang-kadang tidak mengenal waktu, jarak serta kesulitan yang dihadapi. Dalam bekerja mereka penuh semangat dan berusaha keras untuk meraih hasil yang baik dan maksimal.
e) Kerja Tuntas
Kerja tuntas adalah di dalam bekerja mampu mengorganisasikan bagian usaha secara terpadu dari awal sampai akhir untuk dapat menghasilkan usaha sampai selesai dengan maksimal.
Jumat, 08 Januari 2016
job enrichment
1. Job Enrichment (Pencapaian Karir)
Menurut Sungkit & Meiyanto (2015) Job Enrichment merupakan desain pekerjaan yang melibatkan sejumlah variasi isi pekerjaan, tingkat pengetahuan dan keahlian yang lebih tinggi, tanggung jawab dan otonomi yang lebih besar untuk merencanakan, mengarahkan, dan mengontrol pekerjaan. Sedangkan pendapat menurut Monczka & Reif Job enrichment menyediakan kesempatan bagi pekerjanya untuk mengembangkan diri dan merasa bermakna (dalam Sungkit & Meiyanto, 2015). Selain itu, menurut Niehoff, Moorman, Blakely, & Fuller job enrichment juga membuat pekerja memiliki loyalitas terhadap organisasi (dalamSungkit & Meiyanto, 2015).
Sehingga job enrichmentmerupakan suatu variasi dari pekerjaan dimana para pekerja akan memiliki tanggungjawab yang lebih besar dan dibutuhkan keahlian yang lebih tinggi juga diberikannya kesempatan untuk mengembngkan dirinya dan menampilkan loyalitas pekerja pada suatu perusahaan.
2. Langkah-Langkah dalam Redesign Pekerjaan Untuk Job Enrichment
A. Menggabungkan beberapa pekerjaan menjadi satu.
a. Menjadi lebih besar
b. Lebih bervariasi
c. Kecakapan lebih luas
B. Memberikan modul kerja untuk setiap pekerja.
C. Memberikan kesempatan pada setiap pekerja untuk dapat bertanggung jawab.
a. Kesempatan mengatur prosedur kerja sendiri
D. Memberikan kesempatan pekerja menghubungi kliennya sendiri secara langsung.
a. Orang – orang yang berhubungan dengan pelaksanaan kerjanya.
E. Menciptakan sarana – sarana umpan balik.
a. Pekerja dapat memonitor koreksi diri.
3. Manajemen Ilmiah
A. Pekerjaan disederhanakan secara dispesialisir.
B. Prosedur pekerjaan yang efisien àditentukan oleh insinyur industry
C. Para pekerja diberikan instruksi untuk melaksanakan prosedur kerja.
Contoh : tahap perakitan mekanis.
4. Pertimbangan-Pertimbangan Dalam Job Enrichment
A. Jika pekerjaan terspesialisir dan sederhana dirancang kembali untuk memotivasi secara intrinsik pada pekerja, maka kualitas pelaksanaan kerja pekerja akan meningkat.
B. Absensi – absensi dan perpindahan kerja akan berkurang.
C. Dimensi inti yang berkaitan dengan motivasi intrinsik & lapangan kerja ( Hackman dan Oldham ), yaitu:
a. Keragaman ketrampilan (skill variety)
Banyaknya ketrampilan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan. Makin banyak ragam ketrampilan yang digunakan, makin kurang membosankan pekerjaan. Misalnya, seorang salesman diminta untuk memikirkan dan menggunakan cara menjual yang berbeda, display (etalase) yang berbeda, cara yang lebih baik untuk melakukan pencatatan penjualan.
b. Jati diri tugas (task identity)
Tingkat sejauh mana penyelesaian pekerjaan secara keseluruhan dapat dilihat hasilnya dan dapat dikenali sebagai hasil kinerja seseorang. Tugas yang dirasakan sebagai bagian dari pekerjaan yang lebih besar dan yang dirasakan tidak merupakan satu kelengkapan tersendiri menimbulkan rasa tidak puas. Misalnya, seorang salesman diminta untuk membuat catatan tentang penjualan dan konsumen, kemudian mempunyai dan mengatur display sendiri.
c. Tugas yang penting (task significance)
Tingkat sejauh mana pekerjaan mempunyai dampak yang berarti bagi kehidupan orang lain, baik orang tersebut merupakan rekan sekerja dalam suatu perusahaan yang sama maupun orang lain di lingkungan sekitar. Jika tugas dirasakan penting dan berarti oleh tenaga kerja, maka ia cenderung mempunyai kepuasan kerja. Misalnya, sebuah perusahaan alat-alat rumah tangga ingin mengeluarkan produk panci baru. Para karyawan diberikan tugas untuk mencari kriteria seperti apa panci yang sangat dibutuhkan oleh ibu-ibu masa kini. (tugas tersebut memberikan kepuasan tersendiri bagi karyawan karena hasil kerjanya nanti secara langsung akan memberi manfaat kepada pelanggan)
d. Otonomi
Tingkat kebebasan pemegang kerja, yang mempunyai pengertian ketidaktergantungan dan keleluasaan yang diperlukan untuk menjadwalkan pekerjaan dan memutuskan prosedur apa yang akan digunakan untuk menyelesaikannya. Pekerjaan yang memberi kebebasan, ketidaktergantungan dan peluang mengambil keputusan akan lebih cepat menimbulkan kepuasan kerja. Misalnya, seorang manager mempercayai salah satu karyawan untuk memperebutkan tender dari klien. Karyawan tersebut menggunakan ide dan caranya sendiri untuk menarik perhatian klien . Karyawan diberi kebebasan untuk mengatur sendiri waktu kerja dan waktu istirahat.
e. Umpan balik (feed back)
Memberikan informasi kepada para pekerja tentang hasil pekerjaan sehingga para pekerja dapat segera memperbaiki kualitas dan kinerja pekerjaan. Misalnya, dalam menjual produk salesman didorong untuk mencari sendiri informasi, baik dari atasan maupun dari bagian‑bagian lain, mengenai segala hal yang berkaitan dengan jabatannya serta meminta pendapat konsumen tentang barang‑barang yang dijual, pelayanan, dll.
Jadi kondisi psikologis kritis karyawan yang muncul karena adanya dimensi utama dalam tugas akan mempengaruhi hasil kerja karyawan yang telah termotivasi secara internal. Berhasil atau tidaknya hasil kerja dalam job enrichment tergantung oleh kekuatan kayawan untuk berkembang dan berpikir positif.
Daftar Pustaka
P.Siagian, Sondang, Prof. Dr. MPA.(1988). Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta : Rineka Citra.
Sihotang. A. Drs. M.B.A. (2006).Menejemen Sumber Daya Manusia .Jakarta : PT Pradnya Paramita.
Wirawan, Sarlito. (2005).Psikologi Sosial (Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan).Jakarta :Balai Pustaka.
Sunyoto Munandar, Ashar.(2001).Psikologi Industri dan Organisasi.Jakarta: Universitas Indonesia.
1. Job Enrichment (Pencapaian Karir)
Menurut Sungkit & Meiyanto (2015) Job Enrichment merupakan desain pekerjaan yang melibatkan sejumlah variasi isi pekerjaan, tingkat pengetahuan dan keahlian yang lebih tinggi, tanggung jawab dan otonomi yang lebih besar untuk merencanakan, mengarahkan, dan mengontrol pekerjaan. Sedangkan pendapat menurut Monczka & Reif Job enrichment menyediakan kesempatan bagi pekerjanya untuk mengembangkan diri dan merasa bermakna (dalam Sungkit & Meiyanto, 2015). Selain itu, menurut Niehoff, Moorman, Blakely, & Fuller job enrichment juga membuat pekerja memiliki loyalitas terhadap organisasi (dalamSungkit & Meiyanto, 2015).
Sehingga job enrichmentmerupakan suatu variasi dari pekerjaan dimana para pekerja akan memiliki tanggungjawab yang lebih besar dan dibutuhkan keahlian yang lebih tinggi juga diberikannya kesempatan untuk mengembngkan dirinya dan menampilkan loyalitas pekerja pada suatu perusahaan.
Dimensi Job Enrichment
Hackman, Oldham, Janson, dan Purdy (dalam Sungkit & Meiyanto, 2015) mengungkapkan bahwa job enrichment didasari oleh lima dimensi yaitu, skill variety, task identity, task significant, autonomy, dan feedback from the job itself.
A. Skill variety menggambarkan pekerjaan yang memerlukan variasi aktivitas.
B. Task identity menggambarkan penyelesaian pekerjaan yang melibatkan semua tahap pekerjaan.
C. Task significantmenggambarkan implikasi pekerjaan terhadap lingkungan luar.
D. Autonomy menjelaskan tingkat kebebasan pekerja untuk mengatur pelaksanaan pekerjaannya.
E. Feedback from the job itselfmenjelaskan umpan balik yang diberikan pekerjaan terhadap performansi pekerjanya.
Menurut Hackman, Oldham, Janson, dan Purdy apabila terpenuhinya kelima dimensi yang telah dijabarkan diatas maka, sebuah pekerjaan telah mengalami pengayaan atau pancapaian.
Menurut Sungkit & Meiyanto (2015) Job Enrichment merupakan desain pekerjaan yang melibatkan sejumlah variasi isi pekerjaan, tingkat pengetahuan dan keahlian yang lebih tinggi, tanggung jawab dan otonomi yang lebih besar untuk merencanakan, mengarahkan, dan mengontrol pekerjaan. Sedangkan pendapat menurut Monczka & Reif Job enrichment menyediakan kesempatan bagi pekerjanya untuk mengembangkan diri dan merasa bermakna (dalam Sungkit & Meiyanto, 2015). Selain itu, menurut Niehoff, Moorman, Blakely, & Fuller job enrichment juga membuat pekerja memiliki loyalitas terhadap organisasi (dalamSungkit & Meiyanto, 2015).
Sehingga job enrichmentmerupakan suatu variasi dari pekerjaan dimana para pekerja akan memiliki tanggungjawab yang lebih besar dan dibutuhkan keahlian yang lebih tinggi juga diberikannya kesempatan untuk mengembngkan dirinya dan menampilkan loyalitas pekerja pada suatu perusahaan.
2. Langkah-Langkah dalam Redesign Pekerjaan Untuk Job Enrichment
A. Menggabungkan beberapa pekerjaan menjadi satu.
a. Menjadi lebih besar
b. Lebih bervariasi
c. Kecakapan lebih luas
B. Memberikan modul kerja untuk setiap pekerja.
C. Memberikan kesempatan pada setiap pekerja untuk dapat bertanggung jawab.
a. Kesempatan mengatur prosedur kerja sendiri
D. Memberikan kesempatan pekerja menghubungi kliennya sendiri secara langsung.
a. Orang – orang yang berhubungan dengan pelaksanaan kerjanya.
E. Menciptakan sarana – sarana umpan balik.
a. Pekerja dapat memonitor koreksi diri.
3. Manajemen Ilmiah
A. Pekerjaan disederhanakan secara dispesialisir.
B. Prosedur pekerjaan yang efisien àditentukan oleh insinyur industry
C. Para pekerja diberikan instruksi untuk melaksanakan prosedur kerja.
Contoh : tahap perakitan mekanis.
4. Pertimbangan-Pertimbangan Dalam Job Enrichment
A. Jika pekerjaan terspesialisir dan sederhana dirancang kembali untuk memotivasi secara intrinsik pada pekerja, maka kualitas pelaksanaan kerja pekerja akan meningkat.
B. Absensi – absensi dan perpindahan kerja akan berkurang.
C. Dimensi inti yang berkaitan dengan motivasi intrinsik & lapangan kerja ( Hackman dan Oldham ), yaitu:
a. Keragaman ketrampilan (skill variety)
Banyaknya ketrampilan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan. Makin banyak ragam ketrampilan yang digunakan, makin kurang membosankan pekerjaan. Misalnya, seorang salesman diminta untuk memikirkan dan menggunakan cara menjual yang berbeda, display (etalase) yang berbeda, cara yang lebih baik untuk melakukan pencatatan penjualan.
b. Jati diri tugas (task identity)
Tingkat sejauh mana penyelesaian pekerjaan secara keseluruhan dapat dilihat hasilnya dan dapat dikenali sebagai hasil kinerja seseorang. Tugas yang dirasakan sebagai bagian dari pekerjaan yang lebih besar dan yang dirasakan tidak merupakan satu kelengkapan tersendiri menimbulkan rasa tidak puas. Misalnya, seorang salesman diminta untuk membuat catatan tentang penjualan dan konsumen, kemudian mempunyai dan mengatur display sendiri.
c. Tugas yang penting (task significance)
Tingkat sejauh mana pekerjaan mempunyai dampak yang berarti bagi kehidupan orang lain, baik orang tersebut merupakan rekan sekerja dalam suatu perusahaan yang sama maupun orang lain di lingkungan sekitar. Jika tugas dirasakan penting dan berarti oleh tenaga kerja, maka ia cenderung mempunyai kepuasan kerja. Misalnya, sebuah perusahaan alat-alat rumah tangga ingin mengeluarkan produk panci baru. Para karyawan diberikan tugas untuk mencari kriteria seperti apa panci yang sangat dibutuhkan oleh ibu-ibu masa kini. (tugas tersebut memberikan kepuasan tersendiri bagi karyawan karena hasil kerjanya nanti secara langsung akan memberi manfaat kepada pelanggan)
d. Otonomi
Tingkat kebebasan pemegang kerja, yang mempunyai pengertian ketidaktergantungan dan keleluasaan yang diperlukan untuk menjadwalkan pekerjaan dan memutuskan prosedur apa yang akan digunakan untuk menyelesaikannya. Pekerjaan yang memberi kebebasan, ketidaktergantungan dan peluang mengambil keputusan akan lebih cepat menimbulkan kepuasan kerja. Misalnya, seorang manager mempercayai salah satu karyawan untuk memperebutkan tender dari klien. Karyawan tersebut menggunakan ide dan caranya sendiri untuk menarik perhatian klien . Karyawan diberi kebebasan untuk mengatur sendiri waktu kerja dan waktu istirahat.
e. Umpan balik (feed back)
Memberikan informasi kepada para pekerja tentang hasil pekerjaan sehingga para pekerja dapat segera memperbaiki kualitas dan kinerja pekerjaan. Misalnya, dalam menjual produk salesman didorong untuk mencari sendiri informasi, baik dari atasan maupun dari bagian‑bagian lain, mengenai segala hal yang berkaitan dengan jabatannya serta meminta pendapat konsumen tentang barang‑barang yang dijual, pelayanan, dll.
Jadi kondisi psikologis kritis karyawan yang muncul karena adanya dimensi utama dalam tugas akan mempengaruhi hasil kerja karyawan yang telah termotivasi secara internal. Berhasil atau tidaknya hasil kerja dalam job enrichment tergantung oleh kekuatan kayawan untuk berkembang dan berpikir positif.
Daftar Pustaka
P.Siagian, Sondang, Prof. Dr. MPA.(1988). Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta : Rineka Citra.
Sihotang. A. Drs. M.B.A. (2006).Menejemen Sumber Daya Manusia .Jakarta : PT Pradnya Paramita.
Wirawan, Sarlito. (2005).Psikologi Sosial (Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan).Jakarta :Balai Pustaka.
Sunyoto Munandar, Ashar.(2001).Psikologi Industri dan Organisasi.Jakarta: Universitas Indonesia.
1. Job Enrichment (Pencapaian Karir)
Menurut Sungkit & Meiyanto (2015) Job Enrichment merupakan desain pekerjaan yang melibatkan sejumlah variasi isi pekerjaan, tingkat pengetahuan dan keahlian yang lebih tinggi, tanggung jawab dan otonomi yang lebih besar untuk merencanakan, mengarahkan, dan mengontrol pekerjaan. Sedangkan pendapat menurut Monczka & Reif Job enrichment menyediakan kesempatan bagi pekerjanya untuk mengembangkan diri dan merasa bermakna (dalam Sungkit & Meiyanto, 2015). Selain itu, menurut Niehoff, Moorman, Blakely, & Fuller job enrichment juga membuat pekerja memiliki loyalitas terhadap organisasi (dalamSungkit & Meiyanto, 2015).
Sehingga job enrichmentmerupakan suatu variasi dari pekerjaan dimana para pekerja akan memiliki tanggungjawab yang lebih besar dan dibutuhkan keahlian yang lebih tinggi juga diberikannya kesempatan untuk mengembngkan dirinya dan menampilkan loyalitas pekerja pada suatu perusahaan.
Dimensi Job Enrichment
Hackman, Oldham, Janson, dan Purdy (dalam Sungkit & Meiyanto, 2015) mengungkapkan bahwa job enrichment didasari oleh lima dimensi yaitu, skill variety, task identity, task significant, autonomy, dan feedback from the job itself.
A. Skill variety menggambarkan pekerjaan yang memerlukan variasi aktivitas.
B. Task identity menggambarkan penyelesaian pekerjaan yang melibatkan semua tahap pekerjaan.
C. Task significantmenggambarkan implikasi pekerjaan terhadap lingkungan luar.
D. Autonomy menjelaskan tingkat kebebasan pekerja untuk mengatur pelaksanaan pekerjaannya.
E. Feedback from the job itselfmenjelaskan umpan balik yang diberikan pekerjaan terhadap performansi pekerjanya.
Menurut Hackman, Oldham, Janson, dan Purdy apabila terpenuhinya kelima dimensi yang telah dijabarkan diatas maka, sebuah pekerjaan telah mengalami pengayaan atau pancapaian.
Sabtu, 02 Januari 2016
motivasi
Teori – Teori Motivasi
1. Teori Hierarki Kebutuhan, menurut maslow didalam diri setiap manusia ada lima jenjang kebutuhan, yaitu:
- faali (fisiologis)
- Keamanan, keselamatan dan perlindungan
- Sosial, kasih saying, rasa dimiliki
- Penghargaan, rasa hormat internal seperti harga diri, prestasi
- Aktualisasi-diri, dorongan untuk menjadi apa yang mampu ia menjadi.
Jadi jika seorang pimpinan ingin memotivasi seseorang, menurut maslow, pimpinan perlu memahami sedang berada pada anak tangga manakah bawahan dan memfokuskan pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan itu atau kebutuhan dia atas tingkat itu.
2. Teori X dan Y , teori yang dikemukakan oleh Douglas McGregor yang menyatakan bahwa dua pandangan yang jelas berbeda mengenai manusia, pada dasarnya satu negative (teori X) yang mengandaikan bahwa kebutuhan order rendah mendominasi individu, dan yang lain positif (teori Y) bahwa kebutuhan order tinggi mendominasi individu.
3. Teori Motivasi – Higiene, dikemukakan oleh psikolog Frederick Herzberg, yang mengembangkan teori kepuasan yang disebut teori dua faktor tentang motivasi. Dua factor itu dinamakan factor yang membuat orang merasa tidak puas atau factor-faktor motvator iklim baik atau ekstrinsik-intrinsik tergantung dari orang yang membahas teori tersebut. Faktor-faktor dari rangkaian ini disebut pemuas atau motivator yang meliputi:
- prestasi (achievement)
- Pengakuan (recognition)
- Tanggung Jawab (responsibility)
- Kemajuan (advancement)
- Pkerjaan itu sendiri ( the work itself)
- Kemungkinan berkembang (the possibility of growth)
4. Teori kebutuhan McClelland, teori ini memfokuskan pada tiga kebutuhan
- prestasi (achievement)
- Kekuasaan (power)
- Afiliasi (pertalian)
5. Teori Harapan – Victor Vroom, teori ini beragumen bahwa kekuatan dari suatu kecenderungan untuk bertindak dengan suatu cara tertentu bergantung pada kekuatan dari suatu pengharapan bahwa tindakan itu akan diikuti oleh suatu keluaran tertentu dan pada daya tarik dari keluaran tersebut bagi individu tersebut. Teori pengharapan mengatakan seorang karyawan dimotivasi untuk menjalankan tingkat upaya yang tinggi bila ia meyakini upaya akan menghantar kesuatu penilaian kinerja yang baik, suatu penilaian yang baik akan mendorong ganjaran-ganjaran organisasional, seperti bonus, kenaikan gaji, atau promosi dan ganjaran itu akan memuaskan tujuan pribadi karyawan tersebut.
6. Teori Keadilan, teori motivasi ini didasarkan pada asumsi bahwa orang-orang dimotivasi oleh keinginan untuk diperlakukan secara adil dalam pekerjaan, individu bekerja untuk mendapat tukaran imbalan dari organisasi
7. Reinforcement theory, Teori ini tidak menggunakan konsep suatu motive atau proses motivasi. Sebaliknya teori ini menjelaskan bagaimana konsekuensi perilaku dimasa yang lalu mempengaruhi tindakan dimasa yang akan dating dalam proses pembelajaran.
Berbagai pandangan tentang motivasi dalam organisasi.
SUMBER : http://cahyodwis.wordpress.com/2011/12/10/motivasi-tugas-4/
1. Teori Hierarki Kebutuhan, menurut maslow didalam diri setiap manusia ada lima jenjang kebutuhan, yaitu:
- faali (fisiologis)
- Keamanan, keselamatan dan perlindungan
- Sosial, kasih saying, rasa dimiliki
- Penghargaan, rasa hormat internal seperti harga diri, prestasi
- Aktualisasi-diri, dorongan untuk menjadi apa yang mampu ia menjadi.
Jadi jika seorang pimpinan ingin memotivasi seseorang, menurut maslow, pimpinan perlu memahami sedang berada pada anak tangga manakah bawahan dan memfokuskan pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan itu atau kebutuhan dia atas tingkat itu.
2. Teori X dan Y , teori yang dikemukakan oleh Douglas McGregor yang menyatakan bahwa dua pandangan yang jelas berbeda mengenai manusia, pada dasarnya satu negative (teori X) yang mengandaikan bahwa kebutuhan order rendah mendominasi individu, dan yang lain positif (teori Y) bahwa kebutuhan order tinggi mendominasi individu.
3. Teori Motivasi – Higiene, dikemukakan oleh psikolog Frederick Herzberg, yang mengembangkan teori kepuasan yang disebut teori dua faktor tentang motivasi. Dua factor itu dinamakan factor yang membuat orang merasa tidak puas atau factor-faktor motvator iklim baik atau ekstrinsik-intrinsik tergantung dari orang yang membahas teori tersebut. Faktor-faktor dari rangkaian ini disebut pemuas atau motivator yang meliputi:
- prestasi (achievement)
- Pengakuan (recognition)
- Tanggung Jawab (responsibility)
- Kemajuan (advancement)
- Pkerjaan itu sendiri ( the work itself)
- Kemungkinan berkembang (the possibility of growth)
4. Teori kebutuhan McClelland, teori ini memfokuskan pada tiga kebutuhan
- prestasi (achievement)
- Kekuasaan (power)
- Afiliasi (pertalian)
5. Teori Harapan – Victor Vroom, teori ini beragumen bahwa kekuatan dari suatu kecenderungan untuk bertindak dengan suatu cara tertentu bergantung pada kekuatan dari suatu pengharapan bahwa tindakan itu akan diikuti oleh suatu keluaran tertentu dan pada daya tarik dari keluaran tersebut bagi individu tersebut. Teori pengharapan mengatakan seorang karyawan dimotivasi untuk menjalankan tingkat upaya yang tinggi bila ia meyakini upaya akan menghantar kesuatu penilaian kinerja yang baik, suatu penilaian yang baik akan mendorong ganjaran-ganjaran organisasional, seperti bonus, kenaikan gaji, atau promosi dan ganjaran itu akan memuaskan tujuan pribadi karyawan tersebut.
6. Teori Keadilan, teori motivasi ini didasarkan pada asumsi bahwa orang-orang dimotivasi oleh keinginan untuk diperlakukan secara adil dalam pekerjaan, individu bekerja untuk mendapat tukaran imbalan dari organisasi
7. Reinforcement theory, Teori ini tidak menggunakan konsep suatu motive atau proses motivasi. Sebaliknya teori ini menjelaskan bagaimana konsekuensi perilaku dimasa yang lalu mempengaruhi tindakan dimasa yang akan dating dalam proses pembelajaran.
Berbagai pandangan tentang motivasi dalam organisasi.
SUMBER : http://cahyodwis.wordpress.com/2011/12/10/motivasi-tugas-4/
Langganan:
Postingan (Atom)