Sabtu, 18 Juni 2016

psikometri

1. Bagaimana cara terapis untuk menjalankan tujuan dari terapi perspektif integratif sehinga     dapatmembantu mengembangkan integritasnya pada level tertinggi , ditandai adanya aktualisasi diri dan integritas yang memuaskan? Jelaskan dengan contoh kasus!

      Jawab : dengan memberikan motivasi kepada klien yang mengalami permasalahan yang tidak dapat diselesaikan dengan sendiri dan membantu klien menemukan inti permasalahan dengan memberikan pilihan jalan keluar agar klien dapat memilih dan mempertimbangkan sesuai dengan dirinya. Dan terapi memberikan apresiasi kepada klien atas perkembangan yang diperoleh klien dalam penyelesaian-penyelesaian masalah yang dapat diatasi klien.

2. Bagaimana  cara terapis mengetahui metode yang tepat untuk memilih teknik yang akan dilakukan     dalam melakukan terapi bermain?  Jelaskan dengan contoh kasus!
Jawab :
1.      Langkah awal
a.       Membangun kepercayaan melalui aktive listening and reading situation (mendengar-kan secara aktif dan membaca keadaan anak) dan unconditional acceptance (penerimaan tanpa syarat), mencoba memberikan bantuan pada anak dan berkomunikasi penuh kesabaran dengan anak. Untuk itu, menurut Kottman (2005) orang yang memberikan terapi harus berusaha masuk secara total dalam dunia anak, sehingga anak betul-betul merasa aman dan menganggapnya sebagai sahabat. Langkah ini bisa dilakukan oleh konselor dengan menyediakan berbagai permainan yang digemari anak.
b.       Mengidentifikasi karakteristik anak berkebutuhan khusus yang akan diberi terapi
c.       Menentukan permainan yang sesuai dengan karakteristik anak dan menyiapkan alat-alat permainan yang akan diberikan.
d.      Menentukan target behavior atau tujuan yang ingin dicapai dalam terapi. Sebaiknya membelajarkan pembelajaran mitigasi bencana secara perlahan, terstruktur dan berkesainambungan. Bagilah target behavior dalam beberapa sesi.
e.       Membuat jadwal dan menentukan tempat terapi bersama-sama dengan anak. Tentunya yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik anak.
2.      Langkah pertengahan
a.        Memulai terapi
b.        Memberikan informasi kepada ABK mengenai tujuan dari terapi bermain yang akan diberikan
c.        Mengeksplorasi dan mengobservasi cara anak bermain, sehingga dengan cara ini konselor juga dapat membantu anak untuk mengembangkan kreativitasnya secara luas, seperti kemampuan bahasa, seni, gerak, drama dan dapat mengembangkan kemampuan emosi anak dalam menjalin hubungan dengan alam sekitarnya.
3.      Langkah akhir
Langkah akhir adalah suatu langkah dimana seorang terapis mengakhiri proses terapi yang dia berikan;
a.       Beri kesempatan anak untuk menyimpulkan apa yang dia dapatkan dari permainan yang dilakukan.
b.       Terapi bisa diakhiri jika pada diri anak telah menunjukkan kemajuan dalam berbagai bentuk perilaku positif, khususnya tujuan dari diberikannya terapi bermain ini dan berikan penegasan terhadap apa yang anak kemukan dengan benar tentang tujuan terapi permainan ini


3.   Bagaimana  cara afektif yang harus dilakukan terapis dalam metode teknik keluarga? jelaskan dengan contoh kasus!      
Jawab : pada kasus anak yang memiliki permasalahan mogok sekolah dan pemakai narkoba, pada kasus ini terapis mengadakan pertemuan antara klien tanpa memberitahu identitas yang sebenarnya yang disusul dengan keluarga klien karena dalam terapi keluarga orang luar kemungkinan akan sulit diterima.  Pada kasus ini terapis menjadikan dirinya sebagai guru dan tenaga ahli di  komunikasi. Dan terjadilah diskusi antar satu keluarga yang dimana klien sulit untuk mengeluarkan pendapatnya kedalam satu keluarga sehingga tidak terjadinya interaksi yang baik diantara orang tua dan anak dan menunjukkan permasalahan dalam hal komunikasi yang menyebabkan klien untuk mencari pelarian pada lingkungan yang kurang baik. Kemudian Terapis memutuskan untuk mengarahkan situasi terapi pada diskusi dalam satu keluarga agar dapat saling terbuka antara orang tua dan anak.


Sumber :

http://terapibermainbagianakautisme.blogspot.co.id

Zellawati, Alice. (2013). Terapi bermain untuk mengatasi permasalahan pada anak. Jurnal psikologi Vol. 2 No. 3

Sabtu, 11 Juni 2016

psikoterapi analisis transaksional

1. Jelaskan metode analisis transaksional dalam penerapan terapinya!

Metode analisis transaksional muncul sekitar pertengahan tahun 1950-an, dari pengakuan seorang pasien, pasien itu merupakan seorang pengacara, dia berkomentar dalam sesi terapinya bahwa ia hanyalah seorang anak laki-laki kecil daripada daripada seorang pengacara yang matang. Pengertian ini mengarah pada analisis struktural dan tahap ego (tahap mental anak dan dewasa).


Analisis transaksional adalah psikoterapi transaksional yang dapat digunakan dalam terapi individual, tetapi lebih cocok untuk digunakan dalam terapi kelompok. Analisis transaksional (AT) berbeda dengan sebagian besar terapi lain karena merupakan suatu terapi kontraktual dan desisional. AT melibatkan suatu kontrak yang dibuat oleh klien, yang dengan jelas menyatakan tujuan-tujuan dan arah proses terapi. AT juga berfokus pada putusan-putusan baru. AT menekankan aspek-aspek kognitif rasional-behavior dan berorientasi kepada peningkatan kesadaran sehingga klien akan mampu membuat putusan-putusan baru dan mengubah cara hidupnya.


Pendekatan ini dikembangkan oleh Eric Berne, berlandaskan suatu teori kepribadian yang berkenaan dengan analisis struktural dan transaksional. Teori ini menyajikan suatu kerangka bagi analisis terhadap tiga kedudukan ego yang terpisah, yaitu : orang tua, orang dewasa, dan anak. Tinjauan teoritik tentang analisis transaksional adalah untuk memperkaya kemampuan-kemapuan menghadapi, dan mengatur situasi yang paling dalam dan interaksi kehidupan nyata.


Tinjauan teoritik tentang analisis transaksional dikaitkan dengan suatu pendekatan yang mengaitkan internal (intrapsikis) dengan interpersonal dan relasional. Pada intinya, makna analisis transaksional adalah untuk memperkaya kemampuan-kemampuan menghadapi (coping) dan mengatur (regulatory) situasi yang paling dalam dan interaksi kehidupan nyata.

2. Jelaskan perbandingan terapi kelompok dan terapi individu!
Pengertian Terapi Kelompok

Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih (Pedoman Rehabilitasi Pasien Mental Rumah Sakit Jiwa di Indonesia dalam Sitohang, 2011).

Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok untuk memberikan stimulasi bagi pasien dengan gangguan interpersonal (Yosep dalam Sitohang, 2011).

Terapi Kelompok adalah bentuk terapi yang melibatkan satu kelompok dari pertemuan yang telah direncanakan oleh seorang terapis yang ahli untuk memfokuskan pada satu atau lebih dalam hal:
-Kesadaran dan pengertian diri sendiri.

-Memperbaiki hubungan interpersonal.

-Perubahan tingkah laku.

Psikoterapi kelompok meliputi spektruin terapi teoritik dalam psikiatri suportif, terstruktur, terbatas waktu (sebagai contohnya, kelornpok dengan orang psikotik yang kronis), kognitif perilaku, interpersonal, keluarga, dan kelompok berorientasi analitik. Dua kekuatan utama terapi kelompok, jika dibandingkan dengan terapi individual, adalah (1) kesempatan untuk mendapatkan umpan balik segera dan teman sebaya pasien dan (2) kesempatan bagi pasien dan ahli terapi untuk mengobservasi respon psikologis, emosional, dan perilaku pasien terhadap berbagai orang, mendapatkan berbagai transferensi.

3. Jelaskan metode terapi rasional emotif dalam penerapannya!

Pandangan yang penting dari teori rational emotif adalah konsep bahwa banyak perilaku emosional individu yang berpangkal pada “selftalk” atau internalisasi kalimat-kalimat, yaitu orang yang mengatakan kepada dirinya sendiri tentang pikiran dan emosi yang bersifat negatif. Neurosis adalah pikiran dan tingkah laku irasional. Gangguan-gangguan emosional berakar pada masa kanak-kanak, tetapi dikekalkan melalui reindoktrinasi sekarang. Sistem keyakinan adalah penyebab masalah-masalah emosional. Oleh karenanya, klien ditantang untuk menguji kesasihan keyakinan-keyakinan tertentu. Metode ilmiah diterapkan pada kehidupan sehari-hari.

Pendekatan ini menggunakan prosedur yang beragam seperti mengajar, membaca, “pekerjaan rumah”, dan penerapan metode ilmiah logis bagi pemecahan masalah. Teknik-teknik dirancang untuk melibatkan klien ke dalam evaluasi kritis atas filsafat hidupnya. Diagnosis yang spesifik dibuat. Terapis menafsirkan, bertanya, menggali, menantang, dan mengkonfrontasikan klien.


4. Jelaskan metode terapi perilaku dalam penerapannya!

Terapi perilaku adalah penggunaan prinsip dan paradigma belajar yang ditatpkan secara eksperimental untuk mengatasi perilaku tidak adaptif. Dalam prakteknya, terapi perilaku adalah penekanan pada analisis perilaku untuk menguji secara sistematik hipotesis mana terapi didasarkan.
pada Classical Conditioning, Operant Conditioning, Modeling.terapi prilaku bisa diterapkan secara luas pada terapi individual dan kelompok, lembaga-lembaga, sekolah-sekolah dan situasi-situasi belajar lainnya. Terapi tingkah laku adalah pendekatan pragmatis yang berlandaskan kesasihan ekseprimental atas hasil-hasil, kemajuan bisa ditaksir dan teknik-teknik baru bisa dikembangkan.
Metode Behavior Therapy, Menurut Krumboltz (dalam Surya, 2003) mengemukakan bahwa terdapat empat metode dalam terapi behavior, yaitu:

a. Operant Learning
Dalam metode ini yang penting adalah penguatan yang dapat menghasilkan perilaku yang diharapkan, serta pemanfaatan situasi diluar klien yang dapat memperkuat perilaku klien yang dikehendaki.

b. Unitative Learning atau Social Modeling
Dalam metode ini yang penting adalah perlunya konselor merancang perilaku adaptif yang dapat dijadikan model bagi klien, baik dalam bentuk rekaman, pengajaran berprogram, video. Film, biografi atau model.

c. Cognitive Learning
Metode ini lebih banyak menekankan pentingnya aspek perubahan kognitif klien. Dalam pelaksanaannya dapat dilakukan melalui pengajaran secara verbal, kontrak antara konselor dengan klien dan bermain peran

d. Emotional Learning
Metode ini diterapkan untuk individu yang mengalami kecemasan, melalui penciptaan situasi rileks dengan menghadirkan rangsangan yang menimbulkan kecemasan bersama dengan situasi rangsangan yang menimbulkan kesenangan, sehingga secara berangsur kecemasan tersebut berkurang dan akhirnya dapat dihilangkan.