Kamis, 26 Maret 2015

Sejarah Kesehatan Mental Psikologi

SEJARAH
Zaman Prasejarah
Setelah dilakukan banyak penelitian ternyata diketahui sejak dahulu, manusia purba sering mengalami gangguan mental atau fisik, seperti infeksi, artritis, dll.
Zaman peradaban awal
  1. Phytagoras (orang yang pertama memberi penjelasan alamiah terhadap penyakit mental) 
  2. Hypocrates (Ia berpendapat penyakit / gangguan otak adalah penyebab penyakit mental) 
  3. Plato (gangguan mental sebagian gangguan moral, gangguan fisik dan sebagiaan lagi dari dewa dewa)
Zaman Renaissesus
Kematian Galen (130 – 200 M), sebagai dokter terakhir pada masa klasik Yunani menandai dimulainya Zaman Kegelapan bagi dunia medis dan bagi perawatan serta studi tentang perilaku abnormal.  Pada zaman ini di beberapa negara Eropa, para tokoh keagamaan, ilmu kedokteran dan filsafat mulai menyangkal anggapan bahwa pasien sakit mental tenggelam dalam dunia tahayul. Pada Zaman Pertengahan dan Renaissance (400 – 1500 M), kalangan gereja dan Kristen meluaskan pengaruhnya. Gangguan mental kembali dihubungkan dengan pengaruh spiritual dan supranatural (Demonologi). Para pemuka agama pada masa itu melakukan suatu upacara untuk mengeluarkan pengaruh roh jahat dari tubuh seseorang. Metode tersebut dinamakan exorcism.
Perwakilan Gereja Katolik Roma meyakini bahwa penyihir membuat perjanjian dengan iblis, mempraktekkan ritual setan dan melakukan tindakan-tindakan mengerikan seperti memakan bayi dan meracuni hasil panen. Pada tahun 1484, Pope (Paus) Innocent VIII meminta kepada para pendeta di Eropa untuk mencari para tukang sihir dan mengumumkan hukuman mati bagi penyihir. Selama dua abad berikutnya, lebih dari 100.000 orang yang dituduh sebagai tukang sihir telah dibunuh.
Di Swedia, pada tahun 1649, Queen Christina memerintahkan untuk membebaskan semua tukang sihir kecuali mereka yang benar-benar terbukti melakukan pembunuhan. Di Perancis, tahun 1682, Raja Louis XIV mengeluarkan dekrit tentang pembebasan tukang sihir. Eksekusi terakhir terhadap tukang sihir dilakukan di Swiss pada tahun 1782. Sampai akhir Zaman Pertengahan, semua penderita gangguan mental dianggap sebagai tukang sihir.

Era Pra Ilmiah
  1. 1.    Kepercayaan Animisme
Sejak zaman dulu gangguan mental telah muncul dalam konsep primitif, yaitu kepercayaan terhadap faham animisme bahwa dunia ini diawasi atau dikuasai oleh roh-roh atau dewa-dewa. Orang Yunani kuno percaya bahwa orang mengalami gangguan mental, karena dewa marah kepadanya dan membawa pergi jiwanya. Untuk menghindari kemarahannya, maka mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra dan kurban.
  1. 2.    Kepercayaan Naturalisme
Suatu aliran yang berpendapat bahwa gangguan mental dan fisik itu akibat dari alam. Hipocrates (460-367) menolak pengaruh roh, dewa, setan atau hantu sebagai penyebab sakit. Dia mengatakan, Jika anda memotong batok kepala, maka anda akan menemukan otak yang basah, dan mencium bau amis. Tapi anda tidak akan melihat roh, dewa, atau hantu yang melukai badan anda.
Seorang dokter Perancis, Philipe Pinel (1745-1826) menggunakan filsafat polotik dan sosial yang baru untuk memecahkan problem penyakit mental. Dia terpilih menjadi kepala Rumah Sakit Bicetre di Paris. Di rumah sakit ini, pasiennya dirantai, diikat ketembok dan tempat tidur. Para pasien yang telah di rantai selama 20 tahun atau lebih, dan mereka dianggap sangat berbahaya dibawa jalan-jalan di sekitar rumah sakit. Akhirnya, diantara mereka banyak yang berhasil, mereka tidak lagi menunjukkan kecenderungan untuk melukai atau merusak dirinya.
Era Modern
Konsep baru tentang gangguan dan penyakit mental muncul dalam Revolusi Amerika dan Perancis sebagai bagian dari proses pencerahan (renaisans) bidang rasionalisme, humanisme dan demokrasi politik. Orang gila (insane) kemudian dianggap sebagai orang sakit. Chiarugi di Italia dan Muller di Jerman menyuarakan tentang treatment rumah sakit yang lebih humanis. Tetapi perwujudan konsep baru dalam bidang ini dipelopori oleh Phillipe Pinel (1745 – 1826).
Perubahan luar biasa dalam sikap dan cara pengobatan gangguan mental terjadi pada saat berkembangnya psikologi abnormal dan psikiatri di Amerika pada tahun 1783. Ketika itu Benyamin Rush (1745-1813) menjadi anggota staf medis di rumah sakit Pensylvania. 1812 Benjamin Rush menjadi salah satu pengacara yang mula-mula menangani masalah penyakit mental secara humanis. Di rumah sakit ini ada 24 pasien yang dianggap sebagai lunatics (orang gila atau sakit ingatan). Pada waktu itu sedikit sekali pengetahuan tentang penyebab dan cara menyembuhkan penyakit tersebut. Akibatnya pasien-pasien dikurung dalam ruang tertutup, dan mereka sekali-kali diguyur dengan air. Rush melakukan suatu usaha yang sangat berguna untuk memahami orang-orang yang menderita gangguan mental tersebut melalui penulisan artikel-artikel. Secara berkesinambungan, Rush mengadakan pengobatan kepada pasien dengan memberikan dorongan (motivasi) untuk mau bekerja, rekreasi, dan mencari kesenangan. Publikasinya yang berjudul ”Medical Inquiries and Observations Upon Diseases of The Mind” menjadi buku teks psikiatri Amerika yang pertama.
1842 Psikiater mulai masuk Rumah Sakit dan berperan, menggantikan para ahli hukum. 1908 Clifford Beers (mantan penderita manik depresif), menulis buku “A Mind that Found Itself” yang berisi tentang pengalamannya sebagai pasien mental dan menceritakan kekejaman di Rumah Sakit. Mendirikan Masyarakat Connecticut untuk Mental Health yang kemudian berubah menjadi Komite Nasional untuk Kesehatan Mental (The National Committee for Mental Hygiene). Bahkan karena jasanya itu ia dinobatkan sebagai The Founder of the Mental Hygiene Movement. Dia terkenal karena pengalamannya yang luas dalam bidang pencegahan dan pengobatan gangguan mental dengan cara yang sangat manusiawi.
Pada tahun 1909, gerakan mental Hygiene secara formal mulai muncul. 1910 Emil Kraepelin pertama kali menggambarkan penyakit Alzheimer. Mengembangkan alat tes untuk mendeteksi gangguan epilepsi. 1918 Asosiasi Psikoanalisa Amerika membuat aturan bahwa hanya lulusan kedokteran dan yang menjalankan praktek psikiatri yang dapat menjadi calon peserta pelatihan psikoanalisa. 1930-an Psikiater mulai menginjeksikan insulin sebagai treatment pasien skizofrenia. Hal ini menyebabkan shock dan koma sementara.
Secara hukum, gerakan mental hygiene ini mendapat pengakuan pada tanggal 3 Juli 1946, yaitu ketika presiden Amerika Serikat menandatangani The National Mental Health Act., yang berisi program jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat.
Pada tahun 1950, organisasi mental hygiene terus bertambah, yaitu dengan berdirinya National Association for Mental Health. Gerakan mental hygiene ini terus berkembang sehingga pada tahun 1975 di Amerika terdapat lebih dari seribu perkumpulan kesehatan mental. Di belahan dunia lainnya, gerakan ini dikembangkan melalui The World Federation forMental Health dan The World Health Organization.


PRINSIP-PRINSIP KESEHATAN MENTAL Menurut Schneiders prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
  • Prinsip Berdasarkan Hakikat Manusia 
  1. Kesehatan mental dan penyesuaian diri tergantung kondisi jasmani yang baik dan integritas organisme.
  2. Untuk memelihara kesehatan mental dan penyesuaian diri, maka perilaku individu harus sesuai dengan hkikat kemanusiaannya. sebagai mahluk yang memiliki moral, intelektual, agama, emosional dan sosial.
  3. Kesehatan mental dan penyesuaian diri dapat dicapai melalui integrasi dan kontrol diri baikdengan cara berfikir, memuaskan keinginan, mengekspresikan keinginan dan bertingkah laku.  
  4. Dalam mencapai dan memelihara kesehatan mental dan penyesuaian diri, perlu memperluas pengetahuan tentang diri sendiri.  
  5. Kesehatan mental memerlukan konsep diri: pengetahuan dan sikap trehadap kondisi fisik dan psikis diri sendiri secara sehat, yang meliputi: penerimaan diri dan penghargaan terhadap status diri ssendiri secara relistik atus wajar.
  6. Untuk mencapai kesehatan mental dan penyesuaian diri, maka pemahaman diri atau self inside dann penerimaan diri, perlu idisertai dengan upaya-upaya perbaikan diri dan perwujudan diri.  
  7. Kestabilan mental dan penyesuaian diri yang baik dapat dicapai dengan pengembangan moral yang luhur dalam diri sendiri, seperti sikap adil, hati-hati, integritas pribadi, rendah hati dan kejujuran.  
  8. Pencapaian dan pemeliharaan kesehatan mental dan penyesuaian diri bergantung pada penanaman dan pengembangan kebiasaan yang baik.  
  9. Kestabilan mental dan penyesuaian diri menuntut adanya kemampuan melakukan perubahan sesuai dengan keadaan (kondisi lingkuangan) dan kepribadian  
  10. Kesehatan mental dan penyesuaian diri memerlukan usaha terus menerus untuk mencapai kematangan berpikir, mengekspresikan emosi dan melakukan tindakan.
  11. Kesehatan mental dan penyesuaian diri dapat dicapai dengan belajar mengatasi konflik dan frustasi serta ketegangan-ketegangan secara efektif.

Kartini Kartono berpendapat ada tiga prinsip pokok secara umum untuk mendapatkan kesehatan mental, yaitu:
a)    Pemenuhan kebutuhan pokok
Setiap individu selalu memiliki dorongan-dorongan dan kebutuhan-kebutuhan pokok yang bersifat organis (fisik dan psikis) dan yang bersifat sosial. Kebutuhan- kebutuhan dan dorongan-dorongan itu menuntut pemuasan. Timbullah ketegangan ketegangan dalam usaha pencapaiannya. Ketegangan cenderung menurun jika kebutuhan- kebutuhan terpenuhi, dan cenderung naik/makin banyak jika mengalami frustasi atau hambatan-hambatan.
b)    Kepuasan
Setiap orang menginginkan kepuasan, baik yang bersifat jasmaniah maupun yang bersifat rohaniah. Dia ingin merasa kenyang, aman, terlindung, ingin puas dalam hubungan seksnya, ingin mendapat simpati dan diakui harkatnya. Intinya ia ingin puas di segala bidang, lalu timbullah Sense of Importancy dan Sense of Mastery, (kesadaran nilai dirinya dan kesadaran penguasaan) yang memberi rasa senang, puas dan bahagia.
c)    Posisi dan status social
Setiap individu selalu berusaha mencari posisi sosial dan status sosial dalam lingkungannya. Tiap manusia membutuhkan cinta kasih dan simpati. Sebab cinta kasih dan simpati menumbuhkan rasa diri aman/assurance, keberanian dan harapan-harapan di masa mendatang. Orang lalu menjadi optimis dan bergairah. Oleh karena itu individu-individu yang mengalami gangguan mental, biasanya merasa dirinya tidak aman. Mereka senantiasa dikejar-kejar dan selalu dalam kondisi ketakutan. Dia tidak mempunyai kepercayaan pada diri sendiri dan hari esok, jiwanya senantiasa bimbang dan tidak seimbang. 

 Seseorang itu dapat berusaha memelihara kesehatan mentalnya dengan menegakkan prinsip-prinsipnya dalam kehidupan, yaitu:
  1. Mempunyai self image atau gambaran dan sikap terhadap diri sendiri yang positif. 
  2. Memiliki integrasi diri atau keseimbangan fungsi-fungsi jiwa dalam mengatasi problema hidup termasuk stress. 
  3. Mampu mengaktualisasikan dirinya secara optimal guna berproses mencapai kematangan. 
  4. Mampu bersosialisasi atau menerima kehadiran orang lain. 
  5. Menemukan minat dan kepuasan atas pekerjaan yang dilakukan. 
  6. Memiliki falsafah atau agama yang dapat memberikan makna dan tujuan bagi hidupnya. 
  7. Pengawasan diri atau memiliki kontrol terhadap segala keinginan yang muncul.
  8. Memiliki perasaan benar dan sikap bertanggung jawab atas perbuatan-perbuatannya.

PENGGOLONGAN KESEHATAN MENTAL
Y      Gangguan Somatofarm
Gejalanya bersifat fisik, tetapi tidak terdapat dasar organik dan faktor-faktor psikologis.
Y      Gangguan Disosiatif
Perubahan sementara fungsi-fungsi kesadaran, ingatan, atau identitas yang disebabkan oleh masalah emosional.
Y      Gangguan Psikoseksual
Termasuk masalah identitas seksual (impotent, ejakulasi, pramatang, frigiditas) dan tujuan seksual.
Y      Kondisi yang tidak dicantumkan sebagai gangguan jiwa.
Mencakup banyak masalah yang dihadapi orang-orang yang membutuhkan pertolongan seperti perkawinan, kesulitan orang tua, perlakuan kejam pada anak.
Y      Gangguan kepribadian
Pola prilaku maladaptik yang sudah menahun yang merupakan cara-cara yang tidak dewasa dan tidak tepat dalam mengatasi stres atau pemecahan masalah.
Y      Gangguan yang terlihat sejak bayi, masa kanak-kanak atau remaja.
Meliputi keterbelakangan mental, hiperaktif, emosi pada kanak-kanak, gangguan dalam hal makan.
Y      Gangguan jiwa organic
Terdapat gejala psikologis langsung terkait dengan luka pada otak atau keabnormalan lingkungan biokimianya sebagai akibat dari usia tua dan lain-lain.
Y      Gangguan penggunaan zat-zat
Penggunaan alkohol berlebihan, obat bius, anfetamin, kokain, dan obat-obatan yang mengubah prilaku.
Y      Gangguan Skisofrenik
Serangkaian gangguan yang dilandasi dengan hilangnya kontak dengan realitas, sehingga pikiran, persepsi, dan prilaku kacau dan aneh.
Y      Gangguan Paranoid
Gangguan yang ditandai dengan kecurigaan dan sifat permusuhan yang berlebihan disertai perasaan yang dikejar-kejar.
Y      Gangguan Afektif
Gangguan suasana hati (mood) yang normal, penderita mungkin mengalami depresi yang berat, gembira yang abnormal, atau berganti antara saat gembira dan depresi.
Y      Gangguan Kecemasan
Gangguan dimana rasa cemas merupakan gejala utama atau rasa cemas dialami bila individu tidak menghindari situasi-situasi tertentu yang ditakuti.


Pengaruh Budaya Terhadap Konsep Kesehatan

Pengertian kesehatan menurut WHO tampaknya juga mengalami perkembangan menjadi kompleks. Kemudian WHO juga mendefinisikan kesehatan sebagai: “…keadaan (status) sehat utuh secara fisik, mental(rohani) dan social, dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penakit, cacat dan kelemahan …….”(smet, 1994). Adapun pengertian tersebut menyebabkan kebijakan di bidang keshatan mengalami perubahan  dahulu segala upaya dilakukan dngan tujuan untuk menyembuhkan/mengobati penyakit.stelah berbagai macam dan berbagai macam temuan teknologi di upayakan dapat kearah penyembuhan. Yang akibatnya berbagai teknologi modern diketemukan sehingga berbagai macam penyakt dan gangguan lainnya bisa diatasi
Pergeseran teknologi modern tersebut membuka peluang bagi lmu – ilmu social umumnya dan ilmu – ilmu perilaku. Khususnya untuk memberikan sumbangan bagi upaya – upaya tersebut. Dan bidang – bidang baru sudah mulai bermunculan, seperti sosiologi kesehatan, anthropologi kesehatan, psikologi kesehatan, dan masih banyak lagi
Perhatian mengenai kesehatan dalam kaitannya dengan keanekaragaman budaya juga menjadi salah satu bidang kajian yang diminati oleh psikologi lintas budaya(berry, 1999)
Sebagai perbandingan, bidang psikologi (kepribadian) sekarang ini mengembangkan pandangan yang baru mengenai apa yang disebut sebagai “kepribadian sehat”. Pandangan ini berbeda dengan pandangan psikologi yang tradisionalis (misalnya psikoanalisa dan behaviorisme) dalam memandang kodrat manusia. Pada psikologi tradisionalis, konsep tentang sehat kurang lebih mirip dengan konsep mengenai kesehatan seperti yang dikemukakan diatas yaitu, tidak adanya gejala – gejala yang cukup untuk memasukan individu kedalam kategori gangguan (kepribadian) tertentu. Atau dengan kata lain, kepribadian sehat yang mempunyai titik tolak dari apakah individu tersebut berbeda dari mereka yang nyta – nyata terganggu atau tidak. Di lihat dari sudut pandang statistik, kepribadian sehat adalah kepribadian individu umumnya, yang bila digambarkan secara statistik berada didalam kurva normal, sementara kepribadian yang tidak sehat adalah kepribadian yang berada di luar kurve normal tersebut.
Oleh karena itu, untuk membedakan pengertian sehat yang dipakai oleh umum dengan sehat yang betul – betul sehat, pandangan ini memprkenalkan “adisehat”atau “adinormal” untuk mengelompokkan orang – orang yang berbeda dari masyarakat umumnya tetapi yang betul – betul mampu mengaktualkan segenap potensi yang dimilikinya (Schultz, 1993).


3. model – model kesehatan : antara model barat dan timur
Menurut eisenberg (helman, 1990). Yang dimaksud dengan model adalah cara dapat merekonstruksi realita, memberikan makna kepada fenomena- fenomena alam yang pada dasarnya bersifat chaos. Sekali model telah di tetapkan, model tersebut akan bertindak melakukan verifikasi terhadap model itu sendiri dengan cara mengeluarkan atau mengabaikan fenomena yang berada di luar sudut pandang pengguna model tersebut.

Model sangat berguna dalam memahami suatu realita, tapi karena sifatnya yang cenderung melakukan simplikasi terhadap realita yang sebenarnya kompleks, maka dimungkinkan adanya bermacam – macam model untuk memahami realita yang sama.

Kemudian pada bidang kesehatan terdapat dua model utama dalam memahami kesehatan, yaitu model barat dan model timur. Kedua model tersebut memang dipengaruhi oleh budaya barat dan budaya timur yang jelas pada dasarnya memiliki perbedaan besar. Namun didalam model – model tersebut tersenndiri terdapat variasi yang dapat disebabkan karena adanya perbedaan budaya di antara kedua model tersebut.

Model kesehatan barat dapat dibedakan menjadi bebeapa macam, yaitu model biomedis atau juga sering disebut sebagai model medis (joesoef, 1990; freund, 1991; helman, 1990; tamm, 1993). Model psikiatris(helman, 1990) dan model psikosomatis (tamm, 1993)’ model kesehatan timur umumnya disebut model kesehatan holistic(joesoef, 1990) yang menekankan pada keseimbangan (helman, 1990).

Model biomedis berakar jauh pada pengobatan tradisional yang berada di yunani. Pengobatan ini dipengaruhi oleh filosofi yunani, terutama dari pemikiran plato dan aristoteles yang bersifat abstrak dan sistematis serta dijalankan dengan rasional dan logis.konsepsi mengenai dunia pada dasarnya bersifat dualistik sehingga manusia dapat dibedakan menjadi fisiologis(fisik) dan psikologi(jiwa). Cara pandang yang sedemikian ini memengaruhi dunia barat sampai beberapa abad kemudian. Yang dapat ditemui kembali jejaknya pada Descartes.

Perkembangan ilmu biologi yang pesat, lebih – lebih degan diketemukannya virus dan bakteri sebagai sumber terjadinya penyakit. Menyebabkan model biomedis ini berkembang dengan sangat pesat dan memengaruhi konsep manusia mengenai kesehatan dibarat. Sejak itu penyakit dan kesehatan semata – mata dihubungkan dengan kebutuhan fisiolois saja.berbagai upaya dilakukan untuk menjadikan tubuh tetap sehat.

Model biomedis (freund 1991) memiliki 5 asumsi :
Asumsi yang pertama adalah bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara tubuh dan jiwa sehingga penyakit diyakikni beada pada suatu bagian tubuh tertentu.
Asumsi kedua adalah penyakit dapat di reduksi pada gangguan fungsi tubuh, entah secara biokimia atau neurofisiologis(physical reductionism).
  Asumsi ketiga adalah keyakinan bahwa setiap penyakit disebabkan oleh suatu agen khusus yang secara potensial dapat diidentifikasi(specific etiology)
Asumsi keempat adalah melihat tubuh sebagai suatu mesin (sama dengan keterangan sebelumnya )
Asumsi kelima adalah mempunyai konsep bahwa tubuh adalah obyek yang perlu diatur dan dikontrol.dan adapun asumsi ini merupakan kelanjutan dari asumsi bahwa tubuh adalah suatu mesin yang perlu mendapatkan pemeliharaan.

Model psikiatris (helman, 1990), sebenarnya masih berkaitan dengan modl biomedis. Model ini pada dasarnya masih mendasari diri pada pencarian bukti – bukti fisik dari suatu penyakit dan penggunaan treatmen fisik(obat – obatan atau pembedahan) untuk mengoreksi abnormalitas. Naun model ini menunjukan dengan jelas adanya modl – model yang saling bertentangan yang digunakan oleh psikiater yang berbeda untuk menjelaskan gangguan psikosis. Model – model tersebut meliputi : model organic yang menekankan pada perubahan fisik dan biokimia di otak; model psikodinamik yang berkonsentrasi pada factor –faktor pekembangan dan pengalaman; model behavioral yang menyatakan bahwa psikosis terjadi karena banyak kemungkinan lingkungan; dan model social yang menekankan gangguan dalam rangka performanya.

Model psikosomatis (tamm, 1993), merupakan model yang muncul kemudian karena adanya ketidakpuasan terhadap model biomedis. Model ini dikembangkan oleh Helen flanders dunbar sekitar tahun 1930an.model ini muncul setelah jurang anta aspek – aspek biologis dan psikologis terjembatani oleh karya Sigmund freud (ketidaksadaran0, ivan Pavlov (respon terkondisi, dan WB cannon (reaksi serang dan kabur). Gerakan psikosomatik ini dimulai di jerman dan Austria pada tahun 1920an,menyebar kebanyak Negara di eropa, kemudian dengan adanya migrasi ke amerika (seperti frans Alexander) minat terhadap gangguan psikosomatik ini pun turut terbawa kesana.
Model psikosomatik ini menyatakan bahwa tidak ada penyakit somatic yang tanpa disebabkan oleh ateszenden emosional dan atau social. Sebaliknya tidak ada penyakit psikis yang tidak disertai oleh simtom – simtom somatic
Menurut model psikosomatik ini, penyakit berkembang melalui saling terkait secara berkesinambungan antara factor fisik dan mental yang saling memperkuat satu sama lain melalui jaringan yang kompleks. Penyembuhan penyakit diasumsikan terjadi melalui cara yang sama juga.




DAFTAR PUSTAKA
  • Dr. Kartini Kartono. 1989. Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam. Bandung: CV Mandar Maju.
  • Hasan Langgulung. 1986. Teori-Teori Kesehatan Mental. Jakarta: Pustaka Al-Husna.
  • Moeljono Notosoedirjo, Latipun. 2000. Kesehatan Mental. Universitas Muhammadiyah Malang.
  • http://yudiantara.wordpress.com/2009/01/20/kesehatan-mental/
  •  http://fajarhakim.blogspot.com/2012/03/kesehatan-mental-softskill.html